Lihat ke Halaman Asli

Adrien-Jean Le Mayeur : Lukisan Surga dan Museumnya di Sanur Bali

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Soekarno dengan pelukis Adrien-Jean Le Mayeur /Kompasiana (Kompas.com/Jimmy Hitipeuw)

[caption id="" align="aligncenter" width="558" caption="Foto Soekarno dengan pelukis Adrien-Jean Le Mayeur /Kompasiana (Kompas.com/Jimmy Hitipeuw) "][/caption] Adrien-Jean Le Mayeur : Lukisan Surga dan Museumnya di Sanur Bali. - Lukisan Le Mayeur bisa jadi menghipnotis yang melihatnya, warna di lukisan Le Mayeur seperti warna "surgawi". Begitu indah sekali ! Bagaimana Le Mayeur bisa menjadi pelukis yang mendunia dan bagaimana dia bisa menghasilkan lukisan yang sangat luar biasa itu ? - [caption id="attachment_321537" align="aligncenter" width="150" caption="Sotheby"]

13985127092086733315

[/caption] Lukisan Le Mayeur memang memiliki daya magis dengan warna pastelnya yang surgawi. Tidak seperti lukisan Affandi yang mudah ditiru (walau terlihat juga jika lukisan Affandi palsu), lukisan Le Mayeur sangat sulit ditiru. Kenapa ? karena lukisan Le Mayeur adalah lukisan yang memang apik dalam pembuatannya, sangat teliti dengan garis-warna dan juga bayangan. Tehnik yang di pakai Le Mayeur juga tehnik melukis kelas dunia, seperti halnya aliran Impresionisme Paris yang kaya warna dan harmonis pada tata ruang di hasil akhir. Jadi sangat sulit ditiru. Jika ada pelukis yang bisa meniru lukisan Le Mayeur, pasti dia bisa juga menghasilkan lukisan yang sangat bermutu. Belajar meniru lukisan Le Mayeur bisa jadi digunakan untuk naik kelas di dunia seni lukis. - Di pasar Lelang di Sotheby's Hong Kong pada tanggal 5 dan 6 April 2014 lalu bisa menjual satu lukisan Le Mayeur dengan harga HK$7,480,000 (US$958,974)  atau 10 Milyar rupiah lebih - (Sumber : Sotheby's Hong Kong). [caption id="attachment_321538" align="aligncenter" width="150" caption="Google"]

1398513083852512115

[/caption] - Bagaimana museum Le Mayeur di Sanur Bali sekarang ? Saya merasa pemerintah Indonesia tidak optimal menangani museum Le Mayeur di Sanur itu. Koleksi lukisan yang dipajang lebih banyak repronya dan "dikacain", tidak bisa dinikmati dengan baik. Sedang puluhan lukisan aslinya hanya dimasukkan dan disimpan di gudang disamping museum. Bisa jadi satu saat ada yang berniat mencuri lukisan2 itu yang harga satuannya sudah 10 Milyaran itu. Bisa dicuri ? Penjagaan gudang lukisan itu sama sekali tidak ketat. Dan hanya dikunci dengan satu kunci di pintu depan, tidak ada cctv dan sinar laser seperti di museum2 di eropa atau New York. Nilai lukisan itu yang di dalam gudang bisa sampai 1 Triliyun rupiah lho ! - Kalau boleh saya saran pada pemerintah, mungkin yang di Sanur dijadikan museum Le Mayeur saja, sedang penikmat lukisan Le Mayeur bisa saja dibuatkan Gallery baru yang modern dengan keamanan kelas dunia di Nusa Dua Bali atau Ubud. Agar turis juga jadi enjoy menikmatinya. Atau buat saja satu Gallery besar lukisan yang isi Gallerynya adalah lukisan2 kelas dunia dari pelukis2 yang pernah tinggal di Bali, seperti Covarubias, Walter Spies, Bonnet, Hofker , Arie Smith dsb, juga Affandi-Hendra-Sudjojono-Lee Man Fong-Srihadi yang kesemuanya itu adalah pelukis2 yang luar biasa. Nggak percaya ? Lihat saja harga lukisan mereka sekarang di balai lelang dunia, rekord harga ada yang mencapai 30 Milyar rupiah untuk satu lukisan. - Jika direnungi sejenak, mengapa Le Mayeur bisa jadi pelukis yang luar biasa ? Jawabnya adalah karena dia bertemu dengan Ni Pollok dan pameran di Singapura. Atau saya katakan ada "mood" yang kuat dari dalam dan juga lukisannya bisa di jual di Singapura. - Sekarang bagaimana dengan pelukis2 yang banyak tinggal di Gianyar Ubud Bali ? Mengapa tidak ada atau sangat sedikit yang mendunia ? Atau harus masuk pasar Singapura dan Hongkong untuk menjual lukisannya ? Pengamatan saya di Bali para pelukis hidup susah, karena permintaan pada harga lukisan sangat murah. Jadinya para pelukis melukis dengan cat genteng dan tembok yang murah dan kasar. Dengan harga satu lukisan cuma 50 - 100 ribu (10 USD) untuk mengganjal perut dan dapur keluarga. Sangat prihatin sekali ! Tapi ada juga beberapa pelukis yang berhasil setelah masuk ke pasar Jakarta-Singapura dan Hong Kong, seperti pelukis muda Nyoman Masriadi. [caption id="attachment_321539" align="aligncenter" width="150" caption="Google"]

1398513139243295170

[/caption] - Dijaman Le Mayeur, dengan lingkungan yang asri dan kekeluargaan masyarakat yang masih terjaga, Le Mayeur bisa membuat lukisan surganya setiap hari di Sanur. Bisakah sekarang seperti itu ? Seperti Le Mayeur tiap hari melukis tanpa memperdulikan siapa yang akan membeli lukisannya ! Bisa saja jika rakyat dan pemerintahnya menghargai pelukisnya. - Le Mayeur meninggal dunia dalam usia 78 tahun dan dimakamkan di Ixelles/Elsene, Brusel. Ni Pollok kemudian pulang kampung untuk merawat rumahnya yang menjadi museum hingga kematiannya pada tanggal 18 Juli 1985 dalam usia 68 tahun (Sumber : Wikipedia). Jika saja Ni Pollok tau museumnya hanya akan seperti itu ? Apakah dia dan suaminya ikhlas memberikan semuanya pada pemerintah Indonesia ? Kalau saya tidak ! RB.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline