Lihat ke Halaman Asli

"Metro TV bisa lebih berkuasa dari DPR ?"

Diperbarui: 17 Juni 2015   22:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Metro TV bisa lebih berkuasa dari DPR ?"

Pembentukan opini terus digalang oleh stasiun tv swasta nasional ini. Lama2 saya lihat menjadi lawan koalisinya Prabowo. Pokoknya kalau tidak setuju dengan kmp, cepat dan gencar terus menerus dibentuk opini rakyat melalui metro tv. Sedang tvnya arb tidak mau kalah juga, walau sekarang "agak" sedikit hati2, bisa jadi dari pengalaman pilpres kemaren jadi dijauhi rakyat.

Ditambah dengan perangkat sosial media seperti twitter maka "pembakaran" opini oleh metro tv makin menjadi2. Lihat uu pilkada yang sudah sah, dengan "gempuran" di twitter dan diberitakan terus menerus di metro tv, bikin sby gerah juga. Maka jadi sangat jelek nama sby di mata dunia. Bapak tidak demokratis, partai bunglon dst. Jadi apa gunanya "voting" di dpr untuk mengambil sikap pembuatan uu pilkada yang sangat panjang dan berjam2 disiarkan langsung ? ... Atau memang anggota dpr-nya yang geblek dan keblinger tidak mendengarkan hati nurani rakyat dan keinginan rakyat ?

Siapa yang bisa mematahkan opini yang dibentuk oleh metro tv ? Kalau direnungi apa karena "pencitraan" atau opini yang digalang metro tv - kemaren pada pilpres yang mengangkat nama jokowi ? ...kalau rakyat dengan mudah digiring "pendapatnya" oleh stasiun tv, menurut saya bangsa dan negara jadi sangat "berbahaya", nanti apapun jadinya jalannya kemajuan bangsa ini hanya karena selera siaran tv.

Bisakah disalahkan tv yang menggiring opini rakyat itu ?...di tv lain dengan sukses rakyat digiring pada kehidupan "lagu2" seperti dangdut atau gaya koreanya. Kemana jati diri bangsa ini ? Atau sinetron yang melulu masalah "cinta" yang muter2 dan jadi lebay. Rakyat akhirnya hanya jadi "penonton" dan akan merasa "jago" dalam menilai. Padahal "pendapat"-nya digiring tv yang ditontonnya. Otaknya dicuci, lalu merasa paling bener dan jago. Saya sebagai penonton bola jika melihat messi bermain dan kebetulan si messi jelek mainnya, maka saya dengan mudah mengeluarkan "cara2" dan seharusnya si messi bermain. Saya jadi lebih jago dari messi, hanya karena saya penonton. "penonton lebih jago dari pemain" atau "pengamat lebih jago dari politikus".

Opini metro tv tentang politik kedepan dan tentu mendukung program jokowi-jk dalam kebijakannya akan sangat mempengaruhi pendapat rakyat. Pastilah rakyat yang menonton metro tv, untungnya program jokowi-jk pro-rakyat dan bagus dan baik bagi rakyat. Tapi bisa saja nanti berubah dan jadi "subjektif" karena pengaruh partai pendukung. Suharto di tahun 65-an setelah mengganyang pki hebatnya luar biasa. Tapi akhirnya jadi tirani dan sangat "egois" malah jadi bapak koruptor bangsa ini.

Siapa dibalik metro tv ? Rakyat atau nasdem atau surya paloh ? Semasih "lurus" pandangan metro tv, tentu harus kita dukung. Tapi jika sudah melampaui "kekuasaan" dpr, maka jadi pertanyaan juga, untuk apa ada dpr ... Atau memang dpr-nya yang geblek alias rusak otak para anggautanya ?

Jangan sampai dpr itu singkatan dari "dasar pikirannya rusak"....!

RB.

1/10/2014




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline