Seolah senyap itulah yang tergambar di Bioskop-bioskop kota-kota besar di Indonesia sangat berbeda jauh dengan kurun waktu 15 -20 tahun yang lalu. Dikala itu banjirnya penonton tumpah di bioskop jelata sampai bioskop elit tak tertampung oleh sesaknya penonton. istilah nonton dengan julukan "metine", "midnigh" seolah sudah pudar dari ingatan kaula muda saat ini.
Bioskop adalah salah satu tempat hiburan akhir pekan setidaknya menjadi ajang tempat pelepas ketegangan dan penat keseharian. Namun tahu kah anda bahwa sejarah munculnya bioskop pertama di Indonesia boleh dibilang nggak terlalu terpaut jauh dengan bioskop permanen di Vitascope Hall, Buffalo, New York. Kalau di Amrik bioskop permanen pertama lahir pada Oktober 1896, di Indonesia pada tahun 5 Desember1900 film mulai masuk ke Hindia Belanda. Bukan gedung bioskop, tetapi di rumah seorang Belanda di Kebon Jahe. Penyelnggara pertunjukan De Nederlandsch Bioscope Maatschappij. Harga tiket kelas I, 2 gulden; kelas II, 1 gulden dan kelas III, 50 sen. Tempat ini mengubah nama menjadi The Roijal Bioscope pada tanggal 28 maret 1903.
Selisih 100 tahun dari tempat asalnya Amerika , baru ada bioskop pertama kali di Indonesia cukup lama bukan. hampir sama dengan selisih pertelevisian masuk ke Indonesia. Ya film ada dimana mana itulah inti dari tulisan ini Bahwa kita telah merasakan layar tancap sampai yang namanya youtube.
Pengertian bioskop sudah mewujud ada dimana mana, bioskop trans misalnya adalah salah satu tayangan di televisi kita, menonton di gadget dan lain sebagainya, kita telah disibukkan tontonan dan tayang dengan berulang-ulang sampai lahirnya generasi baru yang telah beranjak dewasa. Seolah pengandaiannya bahwa umur manusia tak cukup untuk menonton film yang telah di produksi manusia di dunia ini.
Salah satu ke masgulan dan kenyataan yang tak bisa di pungkiri adalah betapa film ala barat merajalela menayangkan sekuel sex bebas, setiap film hollywood rata-rata menampilkan adegan seks ,perkembangan yang lebih jauh dan miris hingga saat kini adalah seks bebas antara laki laki dan perempuan, lesbi, homo. seolah sebuah program mereka.
Maka dengan ini betapa pentingnya kita mengkampanyekan " Hari Stop Produksi Film" dan "Stop menonton Film" Sehari saja. Apakah itu berhubungan dengan film pendek atau film panjang. mungkin anda membaca tulisan ini sedikit terkejut atau mungkin juga menyatakan nyeleneh aneh, wah berapa kerugian produser atau pemilik usaha belum lagi stop menonton televisi sehari berapa kerugian yang di rasakan pemilik televisi. Main hantam kromo aja lo film mereka yang porno jadi kena semua kami yang ngga buat film porno. Itulah jawaban mereka yang merasa tak berdosa alias tak ada hubungannya.
Sepertinya kita dalam sekala membahayakan dan agak miris melihat negara tercinta kita ini masuk dalam peringakat terbanyak mengunggah film porno, memang tak bisa dipungkiri bahwa kemajuan internet di Indonesia juga sangat pesat,menurut Kemkominfo bahwa penikmat film porno di internet tiap tahun mengalami peningkatan yang signifikan yaitu sekitar 2 % setiap tahunnya,hal ini memang tidak dibarengi oleh bimbingan orang tua yang baik,padahal sejak tahun 2009 pemerintah sudah memblokir ribuan situs porno di Indonesia tetapi juga tidak efektif. Malah memproduksi sendiri secara pribadi melalui gadgetnya, belum lagi CCTV yang bergentayangan yang tak dapat dipertanggung jawakan oleh oknum oknum yang nakal.
Pro dan kontra inilah yang menjadikan film sebagai wadah aspirasi idialisme telah digilas oleh Bisnis Ansih,ajang permainan, teror, serta yang menghalalkan segala macam cara. Disinilah letak jiwa Individualisme, kapitalisme bercokol dengan neo libsnya. Tengoklah Film India yang dulu begitu sopannya dengan budaya mereka kini rontok dihantam oleh mafiaso yahudi dengan mendanai film -film mereka.
Mempuasakan dengan Stop Memproduksi film dan Stop menonton film sehari maksudnya adalah mencoba merenungkan kembali perjalan perfilman Indonesia agar kita semua menjaga jangan sampai Film kita jauh dari Budaya Luhur apalagi dari nilai-nilai Agama. Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H