Bahasa Indonesia merupakan sarana komunikasi utama bagi masyarakat Indonesia, serta berfungsi sebagai bahasa nasional dan resmi. Penggunaannya mencakup berbagai konteks, baik formal maupun informal. Dalam penulisan makalah, sangat penting menerapkan bahasa Indonesia secara efektif, efisien, dan sesuai dengan etika yang berlaku, baik lisan maupun tulisan. Hal ini bertujuan memastikan komunikasi yang baik dan membangkitkan rasa bangga terhadap bahasa persatuan kita.
Pembelajaran bahasa Indonesia membuka akses ke berbagai informasi dan pengetahuan. Oleh sebab itu, peningkatan keterampilan berkomunikasi dalam bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tulisan, menjadi sangat penting, terutama bagi mereka yang sedang mempelajarinya. Perhatian khusus terhadap posisi bahasa Indonesia perlu diberikan, mengingat perannya yang krusial dalam kesatuan bangsa dan identitas nasional.
Bahasa Indonesia tidak hanya sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai alat pemersatu bangsa dan identitas budaya yang harus dijaga dan dikembangkan. Dengan demikian, penguasaan bahasa Indonesia yang baik akan mendorong terciptanya masyarakat yang lebih cerdas, berdaya saing, dan bangga akan bahasa serta budaya mereka.
Bahasa Indonesia memiliki sejarah yang menarik. Nama "Indonesia" pertama kali disebutkan oleh George Samuel Earl, seorang tokoh kebangsaan Inggris, untuk menamai gugusan pulau di Lautan Hindia. Ilmuwan Eropa sempat menggunakan sebutan "Melayunesia" sebelum akhirnya J. R. Logan, seorang tokoh Inggris lainnya, juga menggunakan kata "Indonesia" dalam jurnalnya. Adolf Bastian, tokoh kebangsaan Jerman, juga berkontribusi dengan menulis buku yang menyebut kata "Indonesia" untuk menamai gugusan pulau tersebut.
Bahasa Melayu adalah cikal bakal bahasa Indonesia yang telah lama digunakan sebagai bahasa penghubung (lingua franca) di Asia Tenggara. Pada zaman Sriwijaya, Bahasa Melayu Kuno sudah digunakan sebagai alat komunikasi, yang dibuktikan dengan prasasti-prasasti seperti Prasasti Kedudukan Bukit, Kota Kapur, Karang Brahi, Gandasuli, dan Bogor. Fungsi Bahasa Melayu pada masa itu meliputi bahasa kebudayaan, perhubungan, perdagangan, dan bahasa resmi kerajaan.
Lambat laun, bahasa Melayu diresmikan menjadi bahasa Indonesia. Faktor penting yang menyebabkan hal ini antara lain adalah karena sudah menjadi lingua franca di Indonesia, sistem bahasa yang sederhana dan mudah dipelajari, serta diterima secara sukarela oleh suku-suku di Indonesia. Tanggal 28 Oktober 1928, melalui Sumpah Pemuda, Bahasa Indonesia diresmikan sebagai bahasa nasional. Kongres Bahasa Indonesia, pertemuan lima tahunan oleh pemerintah dan praktisi bahasa, membahas perkembangan bahasa Indonesia dan peran pentingnya dalam kesatuan bangsa dan identitas nasional. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik akan mendorong terciptanya masyarakat yang lebih cerdas, berdaya saing, dan bangga akan bahasa serta budaya sendiri .
Kongres Pemuda I sampai X adalah rangkaian momen penting yang menunjukkan betapa seriusnya bangsa ini dalam menjaga persatuan, terutama lewat bahasa. Kongres Pemuda I di Jakarta pada 1926 jadi langkah awal ketika para pemuda dari berbagai daerah berkumpul untuk menyuarakan semangat kebangsaan. Dua tahun kemudian, Kongres Pemuda II pada 1928 menghasilkan Sumpah Pemuda, yang terkenal dengan ikrarnya: satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa, yaitu Indonesia. Ini bukan sekadar janji, tapi simbol kuat untuk menyatukan keberagaman suku dan budaya di Indonesia.
Setelah Indonesia merdeka, kongres-kongres berikutnya fokus memperkuat peran bahasa Indonesia. Kongres Bahasa Indonesia I pada 1938 di Solo, misalnya, jadi awal pembahasan serius soal pengembangan bahasa sebagai alat pemersatu nasional. Berbagai keputusan penting dihasilkan dari kongres-kongres ini, seperti peresmian Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada 1972. Tujuannya jelas, yaitu membuat bahasa Indonesia lebih mudah dipelajari dan digunakan oleh semua orang, sekaligus menjaga keindahannya sebagai identitas bangsa.
Di era modern, Kongres Bahasa Indonesia terus berkembang sesuai zaman. Pada Kongres X tahun 2013, misalnya, fokusnya bukan cuma soal tata bahasa atau ejaan, tapi juga internasionalisasi bahasa Indonesia. Ada upaya serius agar bahasa kita dikenal dunia, baik lewat diplomasi budaya maupun teknologi. Dari awal yang sederhana sebagai alat pemersatu, sekarang bahasa Indonesia sudah berkembang menjadi simbol kebanggaan nasional yang siap bersaing di tingkat global. Perjalanan ini membuktikan kalau bahasa bukan sekadar alat komunikasi, tapi juga cerminan identitas dan kekuatan bangsa.
Selain itu, di era digital, peran bahasa Indonesia semakin menonjol. Penggunaannya di media sosial, platform digital, dan aplikasi teknologi menjadi bukti bahwa bahasa ini mampu beradaptasi. Namun, tantangan juga muncul, seperti invasi istilah asing yang sering kali menggantikan istilah dalam bahasa Indonesia. Pemerintah dan praktisi bahasa terus berupaya menjaga keseimbangan antara penerimaan kosakata baru dan pelestarian keaslian bahasa.
Pengaruh globalisasi juga memberikan tantangan besar. Di satu sisi, bahasa Indonesia harus bersaing dengan bahasa internasional seperti Inggris, sementara di sisi lain, ia juga harus memperkuat posisinya sebagai alat komunikasi yang relevan di dunia global. Program seperti pengajaran bahasa Indonesia di luar negeri dan promosi budaya melalui program internasional menjadi langkah nyata untuk memastikan keberlangsungan bahasa Indonesia di panggung global.