Lihat ke Halaman Asli

Rais syukur Timung

Pena Nalar Pinggiran

Dendam

Diperbarui: 20 Agustus 2020   12:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hasil olahan pribadi penulis.

Kemerdekaan baru saja dikumandangkan pada HUT 17/8/2020, tapi ada warga sipil dijajah dengan kekerasan senjata. warga sipil pemilik tanah ulayat Besipae di Timur Tengah Selatan-NTT diusir dari tanah adat.

Dulu di zaman Kolonial terpampang di tempat umum : "Verboden Voor Honden en inlader" ( terlarang untuk anjing dan pribumi).

Sekarang kira-kira di tulis "segera pergi dari indonesia, kami tidak menerima orang miskin". Jangankan manusia, Ikan pun di isolasi ruangnya untuk hidup.

Atas nama pembangunan, rumah yang telah bepuluh-puluh tahun di huni di hancurkan oleh gajah-gajah besi kiriman Tuannya. Sepatu-sepatu laras aparat menginjak-injak sendal-sendal jepit yang di beli dari hasil jeri payahnya sendiri.

Pecah Tangis bocah-bocah mungil yang baru menginjak sekolah dasar. Kakek nenek yang menggigil dan matanya sembab, ayah ibu yang merontak mempertahankan rumah satu-satunya tak jua menggugah hati mereka.

Di atas tanah yang tergusur, generasi-generasi pewaris sah-pun tergusur dari hidupnya, dari sekolahnya, dari kawan bermainnya, dari sanak familinya.

Jangan tanya soal empati atau rasa kemanusiaan. Sebab di sana, hanya ada pembangunan gedung, bukan pembangunan manusia.

Atas izin siapa mereka turun dengan seragam dan atribut-atribut lengkap, kata mereka ( Polisi, Pol PP dan TNI). Semua atas perintah dan arahan Tuannya. Tuan yang sering mengeluarkan racun di ujung lidahnya, Tuan yang acap mengoles lipstik pelangi untuk mewarnai bibir atas dan bawahnya.

Kepada anak-anak yang tergusur rumahnya, tinggalkan kegetiran di akhir darahmu, simpan dengan rapi dendam pada mereka yang mengusirmu dari rumahmu, mereka yang menggunakan gas Air mata untuk merata tanahkan harapan-harapan masa kecilmu.

Suatu saat nanti, lupakan rasa dendam dengan menjadikan negeri ini sebagai rumah besar yang menampung semua orang ; bukan hanya yang kaya. tetapi, yang miskin juga. Bukan hanya yang berada. Tetapi, yang papah juga. Bukan hanya pribumi. Tetapi, yang pendatang juga. Bukan hanya Rasmu. Tetapi semua bangsa-bangsa.

Tetapi ingat, semua atas kendalimu..!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline