Lihat ke Halaman Asli

raissa dinna

Mahasiswi Program Studi Gizi Universitas Airlangga

Jangan Terkejut, Ternyata Patah Hati dapat Menyebabkan Kematian

Diperbarui: 7 Juni 2022   20:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber ilustrasi: Freepik

Patah hati seringkali dikaitkan dengan perasaan sedih yang biasanya disebabkan oleh putusnya hubungan dengan mantan atau bahkan kematian orang yang dicintai. Perasaan yang begitu menyiksa dan dapat memberikan tekanan yang sangat besar sehingga dada terasa nyeri dan sesak.

Apabila terlalu larut dalam situasi stres dan emosi yang ekstrem serta dapat menyebabkan dada terasa sesak bisa jadi berakibat fatal terhadap kesehatan, bahkan dalam dunia medis disebut dengan sindrom patah hati.

Sindrom patah hati atau Broken Heart Syndrome merupakan kondisi medis dimana terjadi gangguan fungsi sementara pada pompa jantung yang disebabkan oleh stres dan emosi yang ekstrem.

Rasa nyeri di dada ini diakibatkan oleh otot jantung yag tiba – tiba melemah dan kelainan ini terjadi pada ventrikel kiri yang berfungsi untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Kondisi ini dalam istilah kedokteran disebut dengan takotsubo cardiomyopathy atau stress - induced cardiomyopathy.

Penyebab dan Gejala Broken Heart Syndrome

Menurut para ahli, sindrom patah hati dapat disebabkan oleh pelepasan hormon adrenalin dalam jumlah besar yang dapat mengejutkan jantung pada saat stres. Oleh karena itu, pelepasan ini dapat menimbulkan perubahan yang signifikan pada proses pompa jantung yang akhirnya membuat jantung melemah.

Gejala yang paling umum dari sindrom patah hati ini adalah nyeri dada atau angina dan sesak napas. Hal tersebut juga dapat diikuti dengan gejala seperti mual, pusing, tekanan darah rendah, bahkan detak jantung yang tidak teratur. Gejala tersebut dapat terjadi meskipun tidak memiliki riwayat penyakit jantung sebelumnya.

Sindrom patah hati dan serangan jantung seringkali sulit dibedakan. Hal yang dapat dilihat perbedaannya adalah pada sindrom patah hati tidak ada penyumbatan dalam aliran darah yang menyebabkan jantung bekerja secara abnormal, tetapi jantung akan berdenyut secara abnormal atau disebut dengan aritma. Sebaliknya, pada serangan jantung akan terdapat penyumbatan pada aliran darah.

Faktor Risiko dari Broken Heart Syndrome

Sindrom patah hati dapat menyerang siapa saja, bahkan apabila tidak memiliki riwayat penyakit jantung sekalipun. Meskipun begitu, ada beberapa orang - orang yang lebih berisiko untuk mengalami kondisi ini, yaitu:

  • Perempuan (lebih berisiko)
  • Berusia 50 tahun ke atas
  • Memiliki riwayat depresi atau gangguan kecemasan
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline