Chapter 5
"Bagaimana rasa nastar nanas buatanku, Unno?"
Emm, emh....
Aku masih menikmati nastar ini sambil memejamkan mataku, sungguh ini adalah nastar terenak yang pernahku coba selama aku hidup. Sambil menikmati nastar ini, sekilasku pandang Rara yang menatapku dengan tawa kecilnya, sangat manis sekali, sungguh rasa ini semakin membingungkan.
"Lain waktu, aku akan membuat nastar ini lebih banyak untukmu." ucapnya secara tiba-tiba yang membuat mulutku berhenti mengunyah.
"Haha, ada apa? Kamu tidak mau aku buatkan nastar lebih banyak?" tanya Rara, dengan cepat aku menggelengkan kepalaku.
Tidak, bukan begitu, justru aku senang sekali jika kamu membuatkanku lebih banyak nastar. Aku harap kamu membuatkanku dengan lebih banyak varian rasa.
"Apakah ini suatu permintaan?" kemudian kami berdua tertawa bersama mendengar ucapan terakhir Rara tadi.
Kulihat Rara mengambil wicker basket yang terletak di belakang punggungnya, dia membuka keranjang itu dan mengambil sebuah benda yang terbalut oleh penjaga cover berwarna putih. Tertulis suatu cerita dongeng yang mungkin banyak dari kita yang mengetahui dongeng ini, Cinderella, nama dongeng ini tertulis indah di depan benda dengan balutan cover putih yang sekarang sedang di pegang oleh Rara. Tidak lama kemudian, dia membuka halaman awal buku itu, matanya fokus menatap tulisan yang berada pada buku yang sedang dia pegang.
Buku milik siapa itu, Ra? Keliatannya buku itu antik.