Chapter 2
Ra, bagus sekali kalungmu itu, kalung rantai putih dengan balerina dimana pada roknya terdapat liontin berwarna ungu yang menjadi untaian tutu. Sepertinya kalung itu sangat cocok denganmu, benda itu seperti menjadi aksesoris yang telah lekat pada dirimu. Dari mana kamu mendapatkan benda itu, Ra?
"Dari Nabila, kupanggil dia Lala, kemarin baru saja ia memberikan ini kepadaku, aku agak terkejut karena tiba-tiba ia memberikan ini kepadaku. Padahal kalau dipikir-pikir, hari ulang tahunku sudah lewat dan Lala juga telah memberikan hadiah berupa bunga sweet pea berwarna ungu," jawabnya.
"Disaat anak-anak memberikanku boneka, buku, pakaian, ataupun surat, Lala adalah satu-satunya anak yang memberikanku bunga. Kebetulan Lala juga suka ikut Bibi Rinda berkebun, kulihat ia juga anak yang paling rajin membersihkan halaman panti. Setiap pagi, dia dan Bibi Idi selalu memotong rumput liar, membersihkan sampah-sampah kecil, atau menyiram tanaman-tanaman di halaman panti. Dialah anak yang paling semangat melihat tanaman-tanaman kecil itu tumbuh dewasa, lala sangat telaten merawat tanaman-tanamannya, itulah kenapa dia menjadi pribadi paling konsisten di antara semua anak-anak panti." sambungnya, kulihat Rara mengangkat tangan kanannya lalu memegang kalung balerina itu sesaat.
Lala ternyata anak yang hebat, aku salut padanya. Andai aku dapat bertemu dengannya, aku harap jika ada kesempatan aku bisa bertemu dengan gadis pintar itu. Selain berkebun, apa lagi yang Lala sukai?
Tangan kanannya masih memegang kalung itu, tak lepas sedari pertanyaanku muncul, "Hanya berkebun, akan tetapi ada satu benda yang selalu dia pakai. Setiap berkebun, ia selalu menjepit rambutnya menggunakan barrettes emas dengan mutiara-mutiara putih yang indah tertempel di barrettes itu,"
"Dia hanya memiliki satu barrettes, Lala selalu menjaga benda itu. Aku sendiri pun selama tumbuh bersamanya tidak pernah melihat dia kehilangan barrettesnya, Lala menyimpan dan menjaga benda itu dengan sangat baik." Sambung Rara. Kulihat tangannya menyentuh bagian pengikat kalung yang sedang ia pakai, Rara melepas kalung itu dari lehernya kemudian dia selipkan benda itu ke tanganku. Setelah itu, ia kembali menatapku sambil tersenyum.
"Aku salut pada Lala, menjadi orang yang konsisten akan suatu hal yang dia cintai."
Aku juga memiliki pendapat yang sama denganmu, Ra. Ada tambahan dariku, ini hanya sekedar pendapatku mengenai dirinya setelah mendengar segala ceritamu itu. Ku tebak Lala juga orang yang sangat ambisius, benarkah dugaanku ini?
Raut wajah Rara yang awalnya serius menatapku kini berubah menjadi kaget, dari situ aku tau jika dugaanku tepat, "Ternyata kamu cukup pintar, akan kuceritakan terkait dirinya dan ambisinya besok, kurasa malam ini sudah cukup, bagaimana?" tanyanya.
Baiklah, kutunggu kisah tentangnya kelak.