Prospek kerja merupakan peluang pekerjaan di masa depan yang di kejar atau di cari setiap orang. Untuk memperoleh sebuah prospek kerja juga butuh perencanaan, pelatihan, dan evaluasi supaya saat sudah bekerja nanti terlihat hasil kerja dari para calon pekerja. Seorang calon mahasiswa pasti akan memilih jurusan yang memiliki prospek kerja yang banyak. Tetapi tanpa di sadari mayoritas sarjana bekerja tidak sesuai dengan jurusannya saat masa kuliahnya. Sehingga menjadikan jurusan bukan sebagai tolak ukur keberhasilan dalam mencari pekerjaan nantinya.
Bagi mahasiswa yang mengambil program studi Bimbingan dan Konseling tidak menutup dirinya atau membatasi dirinya hanya sebagai guru, bisa saja dapat bekerja di kantor sebagai HRD ( human resource development ), atau bekerja di bank, bahkan dapat bekeja di perusahaan besar. Dari contoh ini dapat di lihat bahwa tidak menutup kemungkinan seseorang untuk menjadi pekerja yang sesuai dari jurusannya. Karena juga dalam masa perkuliahan seorang mahasiswa di ajarkan bukan hanya pada bidangnya melainkan di ajarkan berbagai bidang supaya menjadikan seorang calon sarjana yang memiliki banyak potensi.
Dari masa kuliah sudah di persiapkan untuk bekerja nantinya sehingga seharusnya tidak menjadi masalah bagi para calon sarjana untuk tidak memiliki perkerjaan nantinya. Tetapi prospek kerja hingga saat ini menjadi masalah dalam dunia pekerjaan karena kurangnya soft skill dan hard skill dari para calon pekerja tersebut. Di Indonesia tingkat pengganguran sangatlah tinggi dan mayoritas adalah para sarjana yang tidak tahu mau kerja apa karena dalam pandangannya bahwa dia adalah sarjana seni maka hanya bisa bekerja pada bidang seni dan sementara di Indonesia masyarakatnya kurang memiliki minat dalam bidang seni sehingga pekerjaan yang ada di Indonesia sedikit yang berhubungan dengan seni.
Dan menurut sebagian masyarakat jurusan yang memiliki prospek kerja yang banyak adalah ilmu hukum, ekonomi, pendidikan bahasa, dan lainnya, padahal belum tentu juga seorang mahasiswa yang memiliki jurusan jauh dari sebuah perusahaan tentu tetap bisa bekerja di perusahaan juga. Tetapi banyak juga sarjana yang tidak tahu mau kerja apa sehingga pergi mencari lowongan pekerjaan yang jauh dari jurusanya saat masa kuliah seperti menjadi karyawan di toko sepatu, berdagang kaki lima, dan lain-lain. Biasanya mereka memandang gaji atau upah bukan dari dasar jabatannya, dan kebanyakan manusia mencari dan menargetkan agar bisa memperoleh uang sebanyak-banyaknya dari hasil pekerjaannya.
Tidaknya memiliki kemampuan dalam bidang tertentu akan menyulitkan seorang sarjana untuk memperoleh sebuah pekerjaan yang luas. Biasanya seorang HRD atau penyeleksi pekerja akan melihat latar belakang calon pekerja yang sedang melamar, dan akan memilih calon pekerja yang memiliki gelar sarjana yang sesuai dengan lowongan pekerjaan yang sedang di cari. Dari hal ini dapat di simpulkan bahwa jurusan menjadi tolak ukur dalam prospek kerja nantinya, dan prospek kerja menjadi permasalahan dalam dunia pekerjaan.
Tidak sedikit masyarakat bahkan mayoritas para sarjana yang menggangur karena kesulitan mendapat pekerjaan yang sesuai dengan prospek kerjanya. Dengan demikian seharusnya para penyeleksi calon pekerja bukan hanya melihat latar belakang dari sarjana tersebut melainkan memberikan peluang bagi sarjana dengan lulusan yang berbeda dengan lowongan yang ada dengan memberikan pelatihan khusus. Karena tidak juga sarjana yang memiliki gelar sarjana yang memungkinkannya dalam lowongan tersebut lebih baik dari pada calon pekerja yang memiliki gelar sarjana yang kurang sesuai dengan lowongan yang ada.
Sehingga dapat di buat masa pelatihan yang sesuai pada para calon pekerja supaya tingkat penggangguran terutama pada calon sarjana dapat berkurang di Indonesia dan prospek kerja pada jurusan bagi calon sarjana tidak menjadi beban atau masalah dalam dunia pekerjaan nantinya.
