Bashar Al - Ashad merupakan anak dari Mantan Presiden Suriah yaitu Hafez al-Assad. Ayahnya menjadi Pemimpin suriah pada tahun 1971 - 2000 hingga ia meninggal pada waktu itu beliau menjabat menjadi Presiden selama 3 periode lamanya, lalu pada saat Hafez Al - Ashad wafat anaknya menggantikan ayahnnya yaitu Bashar Al - Ashad yang dimana orang berpendapat bahwa ini adalah Dinasti politik ia menjabat dari tahun 2000 - 2024 yang terhitung selama 24 tahun lamanya. Selama ia menjabat banyak sekali konflik - konflik yang terjadi salah satunya ialah pada tahun 2010 meletusnya perang sipil "Arab Spring" yang dimana gelombang gerakan revolusioner yang disebabkan oleh Rezim otoriter dikawasan Timur Tengah. Assad ditandai dengan seseorang yang meupakan Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). Dengan ditandai penindasan terhadap warga sipil yang secara meluas. Bahkan warga sipil ini dipenjarakan dalam tahanan yang gelap hingga korba mengalami Depresi berat selama dipenjara. Orang yang berada dipenjara ini lumayan cukup lama mengidap tahanan ada yang 25 tahun - 40 tahun lamanya.
Adapun Reaksi Perserikatan Bangsa - Bangsa (PBB) : Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, berharap bahwa tumbangnya rezim Assad akan membuka jalan bagi masa depan yang stabil dan damai bagi Suriah, dengan penekanan pada perlunya dukungan internasional untuk transisi politik yang inklusif.
Masa dari menjabatnya Assad ini mengalami Krisis Kemanusiaan, seperti Kebrutalan Assad memicu perang saudara, yang menyebabkan salah satu krisis pengungsi terbesar di dunia. Sejak tahun 2011, sekitar 6,6 juta orang terpaksa meninggalkan rumah mereka, menciptakan diaspora besar dan menyingkirkan banyak keluarga.Jutaan orang di dalam negeri hidup dalam kondisi yang mengerikan, dengan akses terbatas ke makanan, air bersih, dan layanan kesehatan. Masa jabatan dari Assad ini berdampak sangat banyak bukan di bidang Politik juga namun dapat dirasakan di bidang seperti Ekonomi, Pendidikan,DLL. Infrastruktur pendidikan yang hancur akibat konflik telah menghancurkan banyak sekolah dan institusi pendidikan. Pengeboman dan serangan udara yang dilakukan oleh rezim Assad sering menargetkan sekolah, membuat sekolah tidak aman bagi anak-anak. Banyak sekolah hancur atau rusak parah, akses mengurangi anak-anak terhadap pendidikan formal.
Psikologi dan Trauma
Kebrutalan yang dialami anak-anak Suriah tidak hanya berdampak pada kemampuan fisik mereka untuk belajar, tetapi juga berdampak pada kesehatan mental mereka karena trauma yang disebabkan oleh kekerasan dan kehilangan anggota keluarga mereka, yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk fokus dan belajar. Jutaan orang Suriah telah mengungsi, baik ke negara-negara tetangga maupun ke negara mereka sendiri sebagai akibat dari mobilitas tinggi yang disebabkan oleh perang. Anak-anak di kamp pengungsian seringkali tidak memiliki akses yang memadai terhadap pendidikan. Kondisi pendidikan di kamp-kamp ini sangat terbatas, sehingga banyak anak terpaksa belajar di tenda tanpa fasilitas dasar.
HUKUM HUMANITER
Dalam hal ini, Negara Suriah selama dipimpin oleh Assad mendapatkan Hukum Humaniter Internasional pelanggaran berat seperti penggunaan senjata terhadap warga sipil. Yang dimana tindakan ini melanggar Konvensi Jenewa. dan protokol tambahan yang melarang penggunaan senjata kimia dan melindungi korban perang.
Salah satu pelanggaran terbesar adalah penggunaan senjata kimia oleh Assad di Ghouta pada tahun 2013.
Intervensi di seluruh dunia
Serangan misil yang dilakukan oleh negara-negara seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis terhadap Suriah sebagai respons terhadap penggunaan senjata kimia juga dianggap melanggar hukum internasional. Pasal 2 Piagam PBB melarang penggunaan kekuatan militer tanpa persetujuan Dewan Keamanan PBB.Hal ini menunjukkan betapa rumitnya hukum internasional terkait intervensi militer.
Berakhirnya Rezim Assad
Penggulingan oleh Oposisi, Rezim Assad runtuh setelah kelompok oposisi, terutama Hayat Tahrir al-Sham (HTS), melancarkan serangan cepat yang mengambil alih ibu kota Damaskus. Serangan ini dimulai pada akhir November 2024 dan berlangsung cepat, dengan pasukan yang secara konsisten merebut kota-kota penting seperti Aleppo dan Hama sebelum mencapai Damaskus pada akhirnya. Assad melarikan diri ke Rusia untuk mencari suaka politik setelah kekalahan. Di Moskow, ia dan keluarganya menerima suaka, menurut media Rusia. Setelah rezim Assad runtuh, Suriah kini berada dalam kondisi kekuasaan yang rumit, dan berbagai kelompok bersenjata berusaha mengisi celah kekuasaan tersebut. HTS dan kelompok lain bertekad untuk membangun pemerintahan Suriah yang menerima semua kelas sosial dan faksi politik.