Lihat ke Halaman Asli

Raisa Fatihah

mahasiswi

Kisah Perjalanan Hidup Pedagang Mainan Tradisional di Malioboro

Diperbarui: 1 Desember 2023   16:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Heri, Pedagang Mainan Tradisional/dokpri

Yogyakarta - Suasana terik di sepanjang jalan Malioboro tidak membuat para pedagang kecil mengeluh untuk berjualan. Malioboro pada senin siang itu pun tidak seramai biasanya. Di zaman sekarang sudah banyak pedagang yang berinovasi untuk menarik pembeli dengan cara menjual sesuatu yang mengikuti perkembangan zaman. Tak jarang juga sebagian dari mereka menggunakan promosi yang menarik seperti membayar iklan untuk mempromosikan produknya. Di era gempuran mainan-mainan modern yang lebih banyak diminati setiap anak tetapi Heri yang merupakan seorang pedagang mainan tetap melanjutkan pekerjaannya dengan menjual mainan anak tradisional.

Perkenalkan Namanya Heri. Seorang pekerja tangguh asal desa Semin Wonosari Gunung Kidul Jogja. Heri baru saja dikaruniai dua orang anak kembar yang membuat pengeluarannya menjadi lebih extra dari biasanya. Sebelumnya Heri pernah merantau ke Jakarta dan bekerja sebagai penjaga toko kelontong. Akan tetapi semenjak Heri menikah dengan salah satu warga di Jogja, Heri melanjutkan kembali pekerjaannya sebagai penjual mainan anak tradisional yang sudah berlangsung sedari ia berumur 10 tahun.

Di usianya yang ke 34 tahun ia tetap memilih bekerja sebagai pedagang mainan tradisonal. Pekerjaan yang sudah ia tekuni selama kurang lebih 24 tahun ini ia lakoni dengan sabar dan tekun. Mainan yang dijual Heri berbahan dasar bambu. Sebagian ia membuat sendiri karena lingkungan kehidupan Heri merupakan pengrajin bambu. Mayoritas orang-orang diasana juga menjual mainan yang berbahan dasar bambu. Dan sebagian lainnya ia mengambilnya di pasar.

Beliau bercerita bahwa berjualan di Malioboro saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Jika sekiranya sedang sepi pengunjung ia akan berpindah tempat. "Tapi saya jualan ini juga kemana mana ga cuma di Malioboro aja. Kadang-kadang saya juga ke Surabaya, Tegal, Blora dan biasanya juga saya jualan sambil keliling biar kalo ada yang mau nanti tinggal manggil." Kata Heri.

Berdagang dari jam 7 pagi hingga jam 10 malam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya serta anak dan istrinya. Pendapatan dari berjualan mainan tradisional pun tidak pasti. "Kalo lagi sepi ya uang nya cuma bisa buat makan aja. Kalo lagi rame baru bisa beli keperluan anak kaya susu dan popok sekarang mahal apalagi anak saya kembar jadi pengeluaran juga kan double." Ujar Heri. Ia juga mengatakan bahwa paling banyak penghasilannya perhari adalah 300.000 rupiah. Uang tersebut untuk dibelikan keperluan anaknya seperti susu yang langsung habis dalam kurun waktu 4 hari jadi ia harus membeli susu dalam waktu 4 hari sekali dengan harga yang menurutnya cukup tinggi.

Bagaimanapun keadaannya, Heri tak pernah menyerah berjualan mainan tradisional ini untuk menghidupi keluarganya. Malahan ia sangat bersyukur bisa dikaruniai anak kembar karena sudah 6 tahun tidak dikaruniai anak. Hidup memang sedemikian uniknya. Tak sedikit orang di luar sana yang harus hidup dengan pendapatan yang pas-pasan untuk menghidupi keluarganya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline