Lihat ke Halaman Asli

Vaksin Menyebabkan Kematian?

Diperbarui: 10 Maret 2021   16:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

          Vaksin Sinovac atau CoronaVac adalah jenis vaksin COVID - 19 pertama yang hadir di  Indonesia. Vaksin COVID-19 buatan Sinovac Biotech di Beijing, Tiongkok ini dibuat dengan menggunakan metode melemahkan sebuah virus. Ini diketahui termasuk cara yang paling umum dalam membuat vaksin, yaitu saat virus 'dimatikan' lalu partikelnya dipakai untuk membangkitkan imunitas tubuh manusia. Selain Indonesia, uji klinis terhadap vaksin ini dilakukan di China, Brasil, Arab Saudi, Pakistan, Filipina, Turki, hingga Chili. Hasil uji klinis yang dilakukan di Indonesia oleh Profesor Kusnandi Rusmil dari Universitas Padjajaran menghasilkan bahwa tingkat keberhasilan dari vaksin Sinovac ini untuk mencegah penularan virus COVID-19 adalah sebesar 65,3%. Mengetahui hasil tersebut tampaknya pemberian vaksin kepada masyarakt mulai diberikan secara bertahap.

          Berdasarkan hasil proses vaksinasi massal kepada pejabat dan masyarakat umum di berbagai daerah di Indonesia sejak awal 2020, terdapat sejumlah pejabat pemerintahan yang diberitakan masih tertular virus COVID-19 meski sudah disuntik vaksin Sinovac, atau bahkan berakibat resiko fatal seperti kematian. Para ahli mengatakan kematian seseorang setelah mendapatkan suntikan vaksin sinovac tidak ada hubungannya. Karena sebelum mendapatkan suntikan vaksin, orang tersebut sudah memiliki penyakit namun dikaitkan dengan efek dari suntikan vaksin sinovac ini. Terdapat kasus kematian di Hong Kong yang melibatkan wanita berusia 55 tahun setelah diberikan vaksin sinovac. Namun, Komite Ahli Penilaian Kejadian Klinis di Hong Kong menyatakan bahwa wanita tersebut mendapatkan vaksin pada tanggal 2 Maret 2021 dan meninggal pada tanggal 6 Maret 2021 karena stroke. Dari laporan otopsi menunjukkan bahwa wanita tersebut menderita penyakit kronis seperti tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi. Di Indonesia, vaksin sinovac dikatakan dapat menimbulkan efek samping seperti mual hingga lemas namun masih dalam gejala yang ringan. Ketakutan akan vaksinasi dinilai dapat mempengaruhi sebanyak 64 persen munculnya efek samping tersebut. Vaksin akan bekerja secara optimal dalam waktu 28 jam dan paling cepat dalam dua minggu.

          Sebelum pemberian vaksin kepada seseorang, perhatikan terlebih dahulu catatan medis yang dimiliki agar setelah pemberian vaksin tidak menyebabkan berita yang simpang siur dan membuat masyarakat ketakutan dan merasa tidak nyaman. Vaksin diberikan untuk melindungi tubuh agar tidak tertular sebuah penyakit bukan untuk merenggut nyawa seseorang. Jika memang tingkat keberhasilan vaksin belum bisa mencapai kata efektif dan masih membutuhkan pengujian lebih lanjut, kita hanya bisa menunggu karena segala sesuatunya membutuhkan proses dan usaha yang kuat demi mencapai keberhasilan. Sama seperti halnya kita yang terjebak dalam pandemi COVID-19 ini kita harus bersabar hingga kita mencapai sebuah kebebasan dalam artian bebas dari penyakit dan bisa beraktifitas seperti sedia kala.  

          Vaksin Sinovac atau CoronaVac merupakan vaksin pertama di Indonesia yang didistribusikan oleh Tiongkok, dan pemberian vaksin kepada masyarakat dilakukan secara bertahap setelah adanya hasil uji klinis. Untuk menghindari berita simpang siur terkait efek samping setelah disuntik vaksin yang menyebabkan kematian pihak medis lebih memperhatikan catatan kesehatan dari seseorang. Vaksin dan kematian seseorang tidak saling berkaitan. Untuk itu masyarakat tidak perlu khawatir atau merasa tidak nyaman, karena pada dasarnya vaksin untuk melindungi tubuh dari tertularnya sebuah penyakit bukan untuk menyebabkan kematian seseorang. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline