Lihat ke Halaman Asli

Rainer Evan Rusly

Pelajar SMA Kolese Kanisius Jakarta

Batu Kerikil di Jalan Anak Muda

Diperbarui: 21 November 2024   07:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

     Semakin modern zaman berkembang, semakin berubah sikap kebiasaan yang seorang anak miliki. Manusia akan beradaptasi dengan segala situasinya. Ketika hidup menjadi lebih nyaman, manusia juga akan lebih nyaman. Namun, terkadang manusia terlalu nyaman dengan keadaannya hingga tidak lagi keluar dari zona nyamannya. Tanpa menerjang kembali ke dunia yang menyakitkan, kebahagiaan manusia tersebut akan semakin mudah runtuh. Hal ini terjadi karena hilangnya sikap waspada terhadap lingkungan yang bisa menjadi bencana dan mengguncang kondisi saat itu. 

     Anak muda zaman sekarang yang hidup menjauhi tekanan dan tidak berjuang tanpa mengambil resiko akan tenggelam di masa kelam nantinya. Berkembang di lingkungan yang terlalu berpihak pada diri seorang anak akan menjadi ancaman bagi mentalnya. Anak yang dimanjakan akan merujuk pada pribadi yang tertutup dan selalu menginginkan hidup berjalan sesuai kemauan. Pola pikir yang sulit diubah sejak kecil akan merusak perkembangan di masa depan, hingga akhirnya memiliki tingkat bertahan hidup yang rendah.

     Di posisi yang tidak didampingi oleh dorongan menjadi pribadi berkembang, anak akan beradaptasi menjadi pribadi malas. Motivasi muncul dari kesadaran akan ancaman yang akan muncul ataupun rasa penasaran. Rasa ingin tahu hanya akan hadir ketika mendorong pikiran untuk mencoba hal baru. Rasa kesadaran akan ancaman hanya akan hadir ketika sudah melihat atau merasakan kegagalan. Anak yang hidup santai dengan kondisinya diurus oleh orang tua dan tidak menelusuri segala hal di luar batasan pribadi akan menjadi sulit berkembang secara disiplin.

"Tragedi dalam hidup tidak terletak pada tidak mencapai tujuanmu. Tragedi itu terletak pada tidak adanya tujuan untuk dicapai." - Benjamin Mays

     Anak adalah kebanggaan bagi segala wali/orang tua yang membesarkannya. Kesulitan membesarkan anak merupakan suatu hal yang pastinya paling susah dari sekedar mengurus harta. Sekalinya berada di area yang salah, hanya akan ada penyesalan yang muncul. Waktu tidak dapat dibayar untuk diulang, melainkan akan terus terbuang seiring hidup berjalan. Dalam memahami dan membalas budi orang tua, perlulah sadar bahwa menjadi seorang anak yang dibanggakan adalah pilihan bagi anak itu sendiri. Bukanlah kewajiban, melainkan kesadaran diri sendiri akan tanggung jawab terkecil di depan mata.

     Sebagai pribadi yang sudah hidup di bawah pohon yang teduh hasil tanaman orang tua, tidaklah haram untuk membanggakan mereka. Hidup berjalan terus dan mengingatkan terus akan banyaknya peluang untuk keluar dari area teduh. Kesempatan termudah muncul ketika masa muda untuk mewaraskan sikap diri dan memperjuangkan kehidupan akademik. Carilah jati diri melalui refleksi dan mengambil makna-maknanya agar tidak berhenti di suatu posisi. Ilmu dan bibit-bibit penting akan diperoleh dari perjalanannya. Dalam menerjang hutan dan segala ancaman, perlu ada api kekuatan yang mendampingi. Hal tersebut adalah sikap kedisiplinan dan keterbukaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline