Lihat ke Halaman Asli

Ketidakpastian yang Kuyakini

Diperbarui: 15 Desember 2018   09:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Matahari pagi mulai mencuri pandang
Mengintip-intip lampu taman yang tertidur
Ayam-ayam mulai berkokok riang
Menyeru syukur pada dewa Dewi Pertiwi

Aku masih terjaga terjebak lamunan
Tentang senyummu yang begitu diam
Tentang matamu yang begitu tenang
Tentang dirimu yang begitu misteri

Kau adalah keramaian yang bersembunyi
Keriangan yang menutup diri
Dari kericuhan dunia yang menyala-nyala
Dari keriangan senandung kenyataan

Kau lebih panas dari matahari tengah hari
Kau lebih basah dari hujan titipan Tuhan
Melelehkan idealisme
Membanjiri belanga kekaguman

Sedang aku hanyalah kumbang
Yang tak sanggup mencapai angkasamu
Sedang aku hanyalah cawan
Yang tak sanggup menampungmu

Kau adalah ketidakmungkinan
Yang akan selalu kusemogakan
Kau adalah ketidakpastian
Yang akan selalu kuyakini

Maka biarlah aku di sini
Hanyut di sungai rindu yang menjadi-jadi
Tenggelam di lautan sepi yang begitu ironi
Hingga muncul di teluk hati yang begitu mati

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline