Matahari pagi mulai mencuri pandang
Mengintip-intip lampu taman yang tertidur
Ayam-ayam mulai berkokok riang
Menyeru syukur pada dewa Dewi Pertiwi
Aku masih terjaga terjebak lamunan
Tentang senyummu yang begitu diam
Tentang matamu yang begitu tenang
Tentang dirimu yang begitu misteri
Kau adalah keramaian yang bersembunyi
Keriangan yang menutup diri
Dari kericuhan dunia yang menyala-nyala
Dari keriangan senandung kenyataan
Kau lebih panas dari matahari tengah hari
Kau lebih basah dari hujan titipan Tuhan
Melelehkan idealisme
Membanjiri belanga kekaguman
Sedang aku hanyalah kumbang
Yang tak sanggup mencapai angkasamu
Sedang aku hanyalah cawan
Yang tak sanggup menampungmu
Kau adalah ketidakmungkinan
Yang akan selalu kusemogakan
Kau adalah ketidakpastian
Yang akan selalu kuyakini
Maka biarlah aku di sini
Hanyut di sungai rindu yang menjadi-jadi
Tenggelam di lautan sepi yang begitu ironi
Hingga muncul di teluk hati yang begitu mati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H