Lihat ke Halaman Asli

Raina Azura Susanto Putri

Mahasiswi S1 Akuntansi di Trisakti School of Management

Lebih Baik Mencegah daripada Kehilangan; Kisah Pilu Erupsi Gunung Semeru

Diperbarui: 14 Desember 2021   23:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Erupsi merupakan proses alami yang melibatkan proses endogen dan disebabkan oleh ketidakstabilan dapur magma. Pusat Mitigasi Risiko Vulkanik dan Geologi (PVMBG) melihat peningkatan aktivitas vulkanik sejak November berupa letusan gunung berapi, salah satunya peningkatan aktivitas di Gunung Semeru.

Jumlah korban tewas akibat awan panas di Gunung Semeru bertambah 2 orang. Dengan kata lain, jumlah kematian yang tercatat per Senin 13 Desember 2021 sebanyak 48 orang. Sedangkan jumlah pasien rawat jalan di Puskesmas dan Rumah Sakit sekitar sebanyak 2.004 orang.

Yang harus diperhatikan dalam kejadian seperti ini adalah bahwa peristiwa semacam ini harus dapat diprediksi untuk meminimalkan korban berjatuhan. Namun, kenyataan yang terjadi benar-benar diluar gambaran karena meski permukiman tersebut berada di zona bencana, para korban tidak diperingatkan oleh sistem peringatan dini. Hal ini sangat disayangkan karena korban menganggap bahwa tidak ada tindakan yang diambil khususnya oleh pemerintah untuk meminimalkan kerusakan.

Warga sekitar juga mengatakan bahwa saat terjadi bencana, sistem evakuasi tidak berfungsi dengan baik serta Ttempat dimana titik evakuasi berada, terdapat di area yang kurang aman karena tempat tersebut juga masih dapat terjangkau oleh awan tebal.

Namun Pihak Kepala Pusat Mitigasi Bencana Vulkanik dan Geologi (PVMBG), mengatakan peringatan dini sudah dilakukan. Namun, karena tidak semua warga sekitar Gunung Semeru memiliki akses Internet, informasi yang didistribusikan sulit untuk diakses.

Bahkan, PVMBG telah mengklasifikasikan status waspada sejak lama. Penilaian bahaya diaktifkan dan organisasi yang terlibat perlu disosialisasikan leboh lanjut. Semeru mengalami peningkatan aktivitas dalam beberapa pekan terakhir dengan jarak turunnnya awan panas hampir menjangkau sejauh empat kilometer. 

Meski PVMBG melaporkan jarak awal awan panas pada Minggu 5 Desember hanya empat kilometer, namun setelah dilakukan pengecekan pada hari Senin, disebutkan jarak awal awan panas sejatinya bahkan sampai ke jarak sejauh 11 km.

Ahli vulkanologi UGM Dr. Danang Sri Hadmoko berkata bahwa "Letusan gunung api itu tidak bisa dicegah, tidak seperti longsor, banjir. Karena itu manusianya harus beradaptasi. Ada dua langkah, yaitu mitigasi dan adaptasi,"

Diketahui bahwa jumlah korban bencana erupsi Gunung Semeru ini merupakan salah satu yang terbesar sepanjang sejarah erupsi Semeru. Untuk mencegah dampak lebih lanjut, BNPB dan pemerintah daerah harus memastikan bahwa semua kebutuhan dasar pengungsi seperti makanan, pakaian, tempat tinggal dan sanitasi terpenuhi tepat waktu. 

Tanggap darurat adalah fase pertama yang dilakukan segera setelah bencana terjadi dan berlanjut ke fase pemulihan serta rekonstruksi. Setelah kondisi menjadi lebih stabil, langkah selanjutnya adalah merumuskan langkah-langkah mitigasi bencana.

Peran mitigasi penting terletak pada sejauh mana dampak bencana dapat dipadamkan dan kerugian finansial menjadi seminim mungkin akibat bencana. Sayangnya, sistem mitigasi bencana di Indonesia tidak ditanggapi secara serius.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline