Lihat ke Halaman Asli

Rizal Azmi

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

Mengapa Sangat Tidak Diamjurkan Self Diagnose

Diperbarui: 20 September 2022   21:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Nama : Rizal Azmi
Nim.   : 202210230311283                                                     20 September 2022

TREN REMAJA MELAKUKAN SELF DIAGNOSE DAN MENGAKU MENTAL ILLNESS

Seiring berkembangnya teknologi kehidupan manusia mulai berubah secara signifikan, beberapa pekerjaan manusia tergantikan oleh mesin. Teknologi informasi dan komunikasi berkembang pesat dan menyebabkan banyak dampak pada kehidupan manusia, hal ini ditandai dengan munculnya berbagai laman yang menawarkan pelayanan Kesehatan (Ryan & Wilson). Di Indonesia sendiri terdapat beberapa website. Contohnya alodokter.com dan halodoc.com. juga banyak akun sosial media yang menyediakan diagnosa gratis bagi pengikutnya.

Self diagnose adalah upaya untuk mengetahui kondisi mental seseorang yang dilakukan secara mandiri tanpa pengawasan ahli. Peristiwa self diagnose terdengar saat umum di kalangan masyarakat, terlebih mudahnya mendapatkan informasi tanpa disertai pengetahuan yang cukup membuat masyarakat mudah melakukan diagnosa tanpa bantuan seorang psikolog atau psikiater.

berdasarkan kutipan dari https://www.gramedia.com/best-seller/self-diagnosis/ bahaya self diagnose dapat menimbulkan permasalahan mental yang fatal. Karena self diagnose dilakukan tanpa pengawasan ahli sangat mungkin hasil yang didapatkan tida akurat. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi self diagnose salah satu caranya tidak dianjurkan untuk mencari tahu penyakit melalui internet. Informasi yang beredar di internet tidak sepenuhnya benar. Berikut kemungkinan yang akan terjadi jika kamu melakukan self diagnosis:

*Risiko salah diagnosis
menduga-duga penyakit secara mandiri berisiko buat salah diagnosis. Aku contohin nih semisal penyakit tumor otak. Kita tidak bisa mengidentifikasi penyakit tumor otak hanya berpegang pada informasi dari internet semata. Karena, wajib terdapat prosedur pengecekan lebih mendalam yang dicoba oleh dokter hingga dapat mendiagnosis kalau itu benar tumor otak.

*Risiko salah obat

Tanpa pengawasan serta dampingan psikolog atau psikiater, kita berisiko salah meresepkan obat buat diri kita sendiri, Terdapat risiko mungkin keracunan obat di dalam badan. Misalnya kita lagi mencari obat buat menurunkan berat tubuh. Terdapat sebagian postingan di internet yang berikan panduan buat minum obat diet. Sementara itu komsumsi obat diet sembarangan tanpa terbukti Tubuh Pengawasan Obat serta Santapan( BPOM) berisiko mengusik sistem pencernaan, jantung, tekanan darah, serta lain- lain.

*Sulit mempercayai kenyataan

Sebagian besar dari kita akhirnya memilih untuk menemui seorang profesional. Tetapi dapatkan diagnosis penyakit dari seorang spesialis, maka kami memilih untuk mempercayai informasi yang dibaca di Internet. Itulah mengapa sulit bagi para profesional untuk menghidupkan kembali pasien mereka. Oleh karena itu, dalam situasi ini, para ahli akan menenangkan pasien untuk menerima kenyataan.

*Risiko penanganan mandiri yang salah
Informasi pengobatan atau perawatan medis yang diperoleh di Internet tidak dapat menjadi referensi bagi siapa pun. Karena setiap orang memiliki riwayat penyakit yang berbeda-beda. Itulah mengapa penting untuk mengetahui riwayat kesehatan kita agar kita dapat menyembuhkan diri sendiri dengan baik.
 
Misalnya, orang dengan riwayat bipolar diperlakukan secara berbeda dari mereka yang memiliki tanda-tanda gangguan bipolar baru-baru ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline