Lihat ke Halaman Asli

Mhd Raihan Edimara

Wabendum Badko HMI Jabodetabek-Banten 2021-2023

HMI dan Pandemi di Tengah Pusaran Kekuasaan

Diperbarui: 27 Agustus 2021   19:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis: Raihan Edimara Ketua Umum HMI Komisariat Cirendeu Cabang Ciputat 2019-2021(dokpri)

Di tengah arus globalisasi dan transisi masyarakat menuju era baru yakni new normal, Indonesia termasuk negara yang terkena imbas dari pandemic covid 19. Sehingga pada akhirnya tatanan baru yang dirasakan oleh masyarakat yang pada umumnya siap tidak siap harus menerima efec dari pandemic saat ini, terutama soal kesehatan, pendidikan, dan bahkan perekonomian civil society. Pada akhirnya inilah yang menjadi problematika masyarakat tentang kesiapan berhadapan pada suatu hal yang baru atau biasa kita sebut new normal.

Problematika pertama adalah soal kesehatan, sejauh mana peran dan keseriusan pemerintah dan organisasi HMI sebagai harapan masyarakat Indonesia dalam membantu pengurangan imbas dari covid 19. Seperti yang kita ketahui bahwa pasca kebijakan psbb awal tahun 2020 dan sampai detik pergantian nama PPKM 2021 Pemerintah cenderung labil dalam menentukan kebijakan yang tepat dalam penanganan covid. Lihat saja beberapa negara dunia, Germany, china, prancis, dan spanyol menerapkan lockdwown pada seluruh masyarakatnya. Toh, hari ini mereka menikmatinya, tidak ada lagi yang di takutkan oleh masyarakat mereka hari ini.

Belum lagi soal canda elit pemerintah dalam penanganan covid 19. Dalam beberapa statement pejabat pemerintah seperti menhub Budi Karya sebut warga kebal virus corona karena makan nasi kucing, ini membuat blunder dan cukup kontroversial. Ya walau hanya guyonan, mestinya diberikan edukasi yang baik dan benar sehingga masyarakat awam memahaminya dengan baik.

''Kemudian statement Menko Marves Luhut Pandjaitan sebut virus corona tak akan bertahan di cuaca panas Indonesia.''

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Pandjaitan juga tak luput dari pernyataan blunder yang mengejutkan publik. Ia pernah mengatakan pada 2 April 2020 lalu bahwa virus corona tak kuat bertahan di cuaca panas di Indonesia. Saat itu, jumlah kasus COVID-19 terus bertambah di Indonesia.

"Dari hasil modelling kita yang ada, cuaca Indonesia, ekuator ini yang panas dan juga itu untuk COVID-19 ini gak kuat," ujar Luhut usai rapat koordinasi dengan Presiden Jokowi.

Namun pernyataan itu dibantah oleh IDI (Ikatan Dokter Indonesia) Ketua PB IDI Daeng M Faqih mengatakan, meski cuaca di Indonesia panas tapi tidak serta merta membunuh virus Sars-CoV-2. Dengan cuaca panas, virus yang di tenggorokkan tidak akan mati," ujar Daeng pada 3 April 2020. Oleh sebab itu, ia mengingatkan masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan. Sebab, virus corona mudah berpindah dari orang ke orang lain melalui droplet atau cairan terkecil dari alat pernapasan.

Oleh sebab itu pentingnya penanganan covid dilakukan oleh seorang professional dan bergelut langsung di bidangnya.

Kemudian soal pendidikan, tiada hari tanpa internet, zoom, goggle meetig dan sebagainya. Baik dari kalangan anak anak sampai remaja dan usia dewasa. Bagi mereka yang sedang melaksanakan proses belajar mengajar usdah barang tentu internet harus mempunyai gadget.

Pendidikan mengalami perubahan sejak adanya pandemi Covid-19. Pembelajaran tatap muka antara guru dan murid diganti dengan pembelajaran secara daring. Implementasi pembelajaran jarak jauh antara guru dan siswa dengan memanfaatkan jaringan internet terkadang memunculkan masalah tersendiri bagi tenaga pengajar dan peserta didik yang tinggal di wilayah dengan keterbatasan jaringan internet.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline