Lihat ke Halaman Asli

Mhd Raihan Edimara

Wabendum Badko HMI Jabodetabek-Banten 2021-2023

"Mayday: Perjuangan Panjang Orangtua Kita"

Diperbarui: 2 Mei 2020   02:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pict : From Goggle

Revolusi buruh tanpa henti?

Setiap awal bulan Mei kita diramaikan hastag #Mayday di jagat sosial media, sebenarnya Mayday itu apa?


Dalam wikipedia dijelaskan Mayday adalah “sinyal tanda bahaya” standar internasional yang digunakan pada saat berkomunikasi menggunakan radio. Berasal dari kata prancis (m’aidez) yang berarti “tolong aku”.

Artinya bulan Mei tanda bahaya donk?
Nah ini menarik untuk dikaji bagi warga net +62 (Indonesia).

Dalam sejarah revolusi buruh dunia, satu Mei sebagai sebuah momen bagi buruh telah melewati masa yang panjang. Perayaan hari buruh internasional satu Mei berawal dari perjuangan 200.000 buruh di Amerika pada 1886 yang melakukan mogok massal menuntut delapan jam kerja.

Pada 1 Mei 1886, aksi yang mulanya damai ini berubah menjadi panas karena represi aparat. Hingga pada 4 Mei para buruh tidak hanya mogok tapi juga melakukan aksi fisik yang dikenal dengan nama Haymarket Affair dan melakukan bentrok fisik dengan aparat.

1 Mei tiga tahun berikutnya Konferensi Sosialis Internasional memperingati Haymarket affair sebagai hari libur bagi para masyarakat buruh dunia. 

Tragedi di Haymarket berdampak luas. Dari aksi tersebut kemudian diselenggarakannya Kongres Sosialis Internasional II di Paris, Juli 1889. Kongres tersebut menetapkan 1 Mei sebagai hari libur para buruh.

Hal itu kemudian tercatat sebagai perayaan hari buruh pertama kali di dunia, dilansir dari laman Industrial Worker of the World. Kini setidaknya lebih dari 66 negara di dunia secara resmi menggunakan 1 Mei sebagai hari buruh internasional.


Sementara sejarah perburuhan di Indonesia sudah ada sejak keputusan tanam paksa atau cultur steelsel (Tedjakusuma, 2008:4), sejak itulah mulai diperkenalkan sistem pengupahan. Dahulu namanya tanam paksa belum ada buruh, yang ada hanya petani yang memberikan upeti kepada raja.

Pada saat itu petani yang bekerja untuk raja tidak dapat menggarap hasil panennya, oleh sebab itu digantikan dengan upah. Dalam tatanan ekonomi apapun baik kapitalisme maupun sosialisme tetapi dalam lingkup negara industri, buruh adalah penopang ekonomi negara tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline