Lihat ke Halaman Asli

Raihan Azmi_2

Mahasiswa Universitas Negeri Semarang

Nasib Orang-Orang Belanda di Tengah Periode Bersiap

Diperbarui: 14 Juni 2022   14:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Konteks kekerasan di balik peristiwa revolusi kemerdekaan memang banyak mengundang perhatian. Sejarah revolusi yang selama ini berkutat pada kisah kisah kepahlawanan yang patriotik pada akhirnya tersingkap pula beberapa tindak kekerasan yang lebih dikenal dengan periode bersiap. Masa bersiap menurut penelitian yang berjudul "Kemerdekaan, dekolonisasi, kekerasan, dan perang di Indonesia, 1945-1950", dapat diartikan Sebagai periode di mana "Kekerasan ekstrem yang terjadi ketika warga sipil atau pejuang yang ditangkap dibunuh di luar situasi pertempuran, dan tanpa tujuan atau kebutuhan militer yang jelas".

Bagi warga Belanda, masa bersiap menjadi fase yang sulit menurut mereka. Kelompok-kelompok revolusioner Indonesia yang kehilangan kontrol kemudian mulai menyerukan kekerasan terhadap substansi Kolonial seperti orang orang Belanda dan warga asing lainnya. ketidaksiapan  pemerintah indonesia di awal kemerdekaan membuat kendali mereka terhadap masyarakat sedikit longgar yang menyebabkan peningkatan tindak kekerasan di mana mana.

Di tengah gejolak masyarakat Indonesia yang tengah menguat saat itu. Nasib orang orang Belanda tidak sebaik apa yang kita bayangkan. Sebelum revolusi terjadi, Sekitar 200.000 orang Belanda-Indische sebagian menetap dari ancaman Perang Dunia Kedua di Hindia Belanda. Buitenkampers atau"anak luar kamp" adalah kelompok besar yang tinggal selama masa perang dan Bersiap di Hindia Belanda. Selama periode tersebut mereka mendapatkan tekanan yang kuat terhadap pendudukan Jepang dan berlanjut pada masa bersiap.

Setelah penyerahan kekuasaan kepada sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945 dan masuk pada masa bersiap. Bukan mendapat kehidupan yang lebih baik, orang orang Belanda malah mendapatkan perlakuan yang lebih buruk, Pejuang revolusi yang tergabung dalam aliansi barisan rakyat kemudian menyatakan perang terhadap kelompok militer Belanda, gejolak anti kolonialisme yang menguat ini kemudian menyebabkan sengsaranya nasib orang belanda dan asing yang tinggal di sana. Tindakan perlawanan yang awalnya ditujukan pada tentara tentara kolonial kemudian mulai menyasar kepada orang orang sipil belanda maupun pribumi yang berakhir pada aksi kekerasan oleh orang orang Republiken.

Koridor kekerasan yang represif ini kemudian menimbulkan aksi kekerasan lanjutan di berbagai daerah, seperti Jakarta, Malang, Bandung, dan masih banyak yang lainnya. Di sisi lain, setelah beberapa tahun penelitian beberapa pihak juga mendapatkan pembuktian terhadap banyaknya korban jiwa di pihak belanda, perkiraan tersebut bervariasi, mulai dari 3.500 hingga 30.000 jiwa. Namun, berdasarkan penelitian di arsip Belanda ada sekitar 6000 korban. Tetapi Otto Sinken di dalam wawancaranya  bersama majalah Trouw, ia memastikan bahwa “Sudah pasti ada 3.723 kematian yang dikonfirmasi di pihak Belanda".

Selama periode tersebut, Penderitaan orang orang belanda terutama kelompok Buitenkampers tidak bisa dihiraukan begitu saja, tindakan represif indonesia yang kelewatan kemudian menyebabkan jatuhnya orang orang sipil di pihak belanda dan juga indonesia, setelah masa bersiap usai, banyak orang Belanda-Indische yang frustasi, mereka merasa bahwa ini adalah ujian yang paling pahit karena setelah mengalami masa yang kelam mereka juga diperlakukan sebagai warga negara kelas dua di Belanda.

Sumber :

https://www.federatie-indo.nl/2022/03/05/hernieuwd-onderzoek-naar-de-bersiap-op-zijn-plaats/

https://www.trouw.nl/binnenland/de-bersiap-was-ook-een-kluwen-aan-geweld~bfb1786d/?referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com%2F




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline