Lihat ke Halaman Asli

raihan khairulloh

mahasiswa ilmu komunikasi

Perilaku Asertif pada Remaja

Diperbarui: 24 Januari 2023   02:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Manusia mengalami beberapa tahapan perkembangan, salah satunya adalah masa remaja. Menururt Hurlock (2003) awal masa remaja berlangsung dari 13 sampai 17 tahun bagi anak perempuan dan anak laki-laki dimulai usia 14-17 tahun, dan akhir masa remaja bermula dari 17 atau 18 tahun, yaitu usia matang secara hukum. Masa remaja disebut sebagai masa transisi yaitu masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. Tugas perkembangan masa remaja dimaknai sebagai seperangkat aktivitas baik mental maupun fisik yang harus dipelajari dan dituntaskan oleh remaja sehingga mampu menghadapi tantangan di masa depan dengan relatif mudah.

Munculnya fenomena kecenderungan kenakalan remaja (yang masih berstatus sebagai pelajar) akhir-akhir ini menjadi yang semakin serius tentang permasalahan remaja Indonesia khususnya masalah sosial, psikologi, budaya, dan moralitas. Sebagai contoh, gambaran tentang banyaknya remaja Indonesia mengalami masalah sosial yang ditunjukkan dalam bentuk perbuatan kriminal, asusila, dan pergaulan bebas; masalah budaya dalam bentuk kehilangan identitas diri, terpengaruh budaya barat; dan masalah degradasi moral yang diwujudkan dalam bentuk kurang menghormati orang lain, tidak jujur sampai ke usaha menyakiti diri seperti mengkonsumsi narkoba, mabukmabukan dan bunuh diri.

Remaja merupakan masa yang mana seseorang sedang mencari identitas dirinya. Cara mencari identitas adalah dengan mencari informasi dan nilai-nilai melalui sekolah, teman sebaya, keluarga, masyarakat, dan media massa, dan remaja lebih banyak bergantung pada pendapat ternan-teman sebayanya, daripada orang dewasa lainnya Hal ini karena pada masa remaja, pengaruh teman sebaya memang lebih kuat daripada pengaruh orang dewasa lainnya, termasuk orangtua dan gurunya Jadi dalam hal ini kemandirian remaja belum terbentuk kuat.Pengaruh teman sebaya yang kuat ini menyebabkan remaja kurang berani untuk berterus terang. Pengaruh teman sebaya (peer influence) ini sebenamya disebut sebagai tekanan dari teman sebaya (peer pressure), karena remaja Saling menekan untuk berperilaku serupa.

Dalam situasi seperti itu, keterampilan untuk mengemukakan pendapat secara asertif sangat diperlukan. perilaku asertif adalah kemampuan seseorang dalam mengekspresikan pendapat, perasaan, sikap dan hak-haknya tanpa menyakiti orang lain . Karakteristik perilaku asertif yaitu individu mampu mengenali diri sendiri dengan baik dan mengetahui kelebihan serta kekurangan diri sendiri. Berdasarkan perilaku asertif itu individu mampu merencanakan tujuan hidupnya, mempunyai rasa percaya diri Yang tinggi dan mampu mengambil keputusan.

Perilaku asertif sangat penting bagi remaja berdasarkan empat alasan yaitu apa saja :

  • perilaku asertif akan memudahkan remaja untuk bersosialisasi dan menjalin hubungan dengan lingkungan.
  • kemampuan asertif ini akan menolong individu untuk mengungkapkan perasaan dan keinginannya secara langsung dan terus terang. Pengungkapan aserdf akan menghindarkan munculnya ketegangan dan peraSaan tidak nyaman karena menahan dan menyimpan sesuatu yang ingin diutarakannya.
  • individu akan mudah mencari solusi dan penyelesaian dari berbagai kesulitan yang dihadapinya.
  • perilaku asertif dapat digunakan untuk meningkatkan kernampuan kognitif atau berpikir, memperluas wawasan dan tidak mudah berhenti pada sesuatu yang tidak diketahuinya. Perilaku asertif akan mendorong rasa ingin tahu individuPenelitian pendahuluan ini menunjukkan bahwa subjek cenderung berperilaku tidak asertif. Hal ini terlihat dari indikator-indikator sosial seperti sempitnya pergaulan sosialnya, seringnya merasa tertekan bila menghadapi masalah, lebih menjaga hubungan baik dengan orang Iain walaupun harus menunda untuk mendapatkan hak-haknya, dan takut atau kurang nyaman apabila berada dalam situasi baru. Kurang asertifnya subjek lebih karena faktor eksternal daripada faktor internal, meskipun faktor internal subjek juga ikut mendukung. Keterbatasan penelitian ini adalah hanya melibatkan remaja perempuan saja. Remaja laki-laki sebenarnya juga perlu dilibatkan. Hal ini karena masyarakat cenderung lebih bisa menerima perilaku asertif pada laki-laki daripada perempuan.



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline