Lihat ke Halaman Asli

Teori Perkembangan Vygotsky

Diperbarui: 2 Mei 2021   23:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Lev Semionovich Vygotsky atau terkenal dengan sebutan "Vygotsky" merupakan seorang ahli psikologi sosial yang berasal dari Rusia. Teori Vygotsky ini membahas tentang perkembangan kognitif. Menurut pandangan Vygotsky, fungsi kognitif berasal dari interaksi sosial yang dilakukan oleh setiap individu, namun tetap dipengaruhi oleh usia individu masing-masing tersebut.

Vygotsky meyakini adanya hubungan antara budaya dengan perkembangan, yakni hubungan antara anak dengan orang disekitarnya. Ia juga meyakini bahwa suatu pembelajaran tidak hanya terjadi ketika anak berada disekolah saja, melainkan dapat terjadi ketika anak bisa menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik meskipun belum pernah ia pelajari pada saat disekolah.

Vygotsky menganggap bahwa suatu perkembangan kognitif manusia sebagai suatu yang tidak bisa terpisahkan dengan kegiatan-kegiatan sosial maupun budaya yang ada disekitarnya. Ia lebih menekankan kepada bagaimana proses perkembangan mental individu itu terjadi sehingga bisa melibatkan masyarakat dalam sebuah pembelajaran tersebut, seperti bahasa, dan lain sebagainya

Selain itu, teori vygotsky ini memiliki asumsi bahwasannya anak belajar dengan cara bekerjasama dengan orang lain dan juga membutuhkan bantuan dari orang lain, dan sampai dimana waktunya anak akan mampu belajar secara mandiri sesuai dengan tingkat perkembangannya, seperti Actual Development Zone dan Potential Development Zone. Berikut di uraikan mengenai ADZ dan PDZ tersebut:

  1. Actual Development Zone atau disingkat dengan ADZ. Kemampuan pada anak untuk dapat mewujudkan sebuah perhatian, persepsi, sensasi dan penyimpanan apa yang sudah diterimanya secara fungsional dan mandiri.
  2. Potential Development Zone atau disingkat dengan PDZ. Kemampuan tingkat kognitif pada anak yang berasal dari bantuan orang lain sehingga anak dapat belajar dengan mudah, misalnya seperti belajar berhitung, belajar menulis, belajar membaca, dan lain sebagainya. Dengan bantuan tersebut, anak akan dapat memahami apa yang membuatnya merasa kesulitan dan mampu memecahkannya.

Selain itu, menurut Vygotsky anak-anak mengembangkan konsep-konsep perkembangan kognitifnya secara sistematis, logis, maupun rasional. Konsep-konsep perkembangan kognitif tersebut, ada tiga yakni:

Yang Pertama, Zone of proximal development. Merupakan sebuah pengetahuan anak yang didapatkan dan diketahui melalui adanya interaksi antara dirinya dengan bimbingan maupun bantuan dari orang yang lebih dewasa. Ia menegaskan bahwa pengaruh sosial terhadap perkembangan kognutif anak sangat penting terutama pada pengaruh instruksinya (pengajaran). Dengan menggunakan konsep ZPD ini Vygotsky menyatakan bahwa anak-anak dapat menyelesaikan tugas-tugasnya maupun memecahkan masalahnya secara mandiri dengan dibimbing atau mendapat bantuan dari orang dewasa atau bahkan teman sebayanya yang lebih menguasai. Sehingga ZPD ini menititikberatkan pada interaksi sosial yang akan memudahkan perkembangan kognitif anak.

Yang Kedua, Scaffolding adalah suatu perubahan dalam tingkat dukungan. Sedangkan menurut vygotsky, scaffolding disebut sebagai bentuk untuk mendeksripsikan suatu perubahan tingkat dukungan dalam proses pembelajaran. Konsep scaffolding ini menjelaskan mengenai pemberian bantuan yang besar kepada seorang anak, seperti sebuah petunjuk, peringatan, ataupun dorongan selama tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut sehingga anak mendapatkan kesempatan untuk menyelesaikan tugas atau masalahnya secara mandiri dan bertanggung jawab.

Dan yang Ketiga, Bahasa dan pemikiran. Menurut vygotsky, bahasa dan pemikiran merupakan suatu pembicaraan yang dilakukan oleh anak, yang tidak hanya digunakan untuk berkomunikasi saja, akan tetapi dapat digunakan sebagai bantuan yang diberikan kepada anak untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Ia mempercayai bahwasannya bahasa dan pikiran pada anak mulanya berkembang secara sendiri-sendiri, namun kemudian bergabung-gabung. Ia juga mengatakan bahwa anak harus menggunakan bahasanya untuk berinteraksi dengan orang lain sebelum mereka fokus terhadap pemikirannya sendiri. Selain itu, anak juga harus melakukan komunikasi ke luar menggunakan bahasa dalam jangka waktu yang sedikit lama yakni antara usia tiga sampai tujuh tahun sebelum  transisi dari pembicaraan eksternal (diluar batin) ke dalam pembicaraan internalnya (batin). Dalam konsep ini, terdapat dua komponen seperti:

  1. Inner Speech. Dapat dikatakan sebagai pembicaraan batin. Dimana anak-anak menggunakan kemampuan berbicaranya sendiri tanpa berkomunikasi dengan orang lain. Hal tersebut dilakukan oleh anak untuk mengendalikan perilakunya. Dengan demikian, inner speech ini berfungsi sebagai pengontrol pikiran dan tindakan yang terencana, serta ingatan atau memori.
  2. Private Speech. Vygotsky menekankan bahwa private speech digunakan oleh individu untuk mengubah pengetahuan bersama menjadi pengetahuan pribadi. Private speech sendiri adalah sebuah perkembangan yang terjadi pada setiap individu. Vygotsky mempercayai bahwa anak yang cenderung menggunakan private speech, ia akan lebih kompeten secara sosial dari pada anak yanh tidak menggunakan private speech. Dengan menggunakan private speech tersebut, anak dapat merepresentasikan transisi awalnya sehingga secara sosial mereka dapat lebih komunikatif.

Dengan demikian, setiap pendidik diharuskan untuk mengerti dan mengetahui dalam melatih keterampilan anak yang sesuai dengan tahap dan kemampuan anak masing-masing. Begitu juga dengan stimulasi yang diberikan harus sesuai dengan tingkat kesulitan dan usia anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline