Lihat ke Halaman Asli

Raifani Vellina Hakim

Mahasiswa S1 Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Merangkul Diri Sendiri: Mengatasi Self-Harm dan Mencari Cahaya Baru

Diperbarui: 19 Desember 2024   20:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 https://www.freepik.com/free-photo/portrait-young-woman-with-low-self-esteem-sitting-by-window-home_36017332.htm#from_view=detail_alsolike

Pernah ngga sih kamu merasa tenggelam dalam emosi yang begitu berat sampai ngga tahu harus meluapkannya gimana? Buat sebagian orang, rasa sakit emosional yang ngga tersalurkan sering kali diekspresikan lewat tindakan melukai diri sendiri, atau yang biasa dikenal dengan istilah self-harm. Ini bukan soal mencari perhatian, tapi bagaimana cara menyuarakan luka batin yang ngga terlihat—sebuah upaya untuk mengatasi rasa sakit yang terasa nggak tertahankan sendirian. 

Walaupun self-harm mungkin memberikan rasa lega sementara, kenyataannya malah memperpanjang penderitaan itu sendiri. Artikel ini bukan untuk menghakimi siapa pun yang mengalami self-harm, namun untuk memahami apa yang ada di balik tindakan tersebut dan mencari tahu bagaimana proses penyembuhannya bisa dilakukan.

Mengapa Self-Harm Bisa Terjadi?

Self-harm tidak hanya sekedar “kebiasaan buruk” , melainkan respons terhadap tekanan emosional yang luar biasa. Self- harm dapat terjadi karena beberapa faktor :

  • Tekanan emosional yang tak tertahankan

Emosi yang sangat kuat, seperti kecemasan, takut, gelisah, kecewa, kemarahan dapat membebani seseorang terlebih lagi jika tidak punya seseorang untuk berbagi kesedihanya  sehingga ia merasa sendirian dan  tidak dapat mengontrol emosi lalu memilih untuk self-harm sebagai bentuk pelampiasan.

  • Menghukum diri sendiri

Perasaan bersalah, rendah diri atau bahkan membenci diri sendiri. Mereka merasa bahwa mereka telah melakukan kesalahan, tidak cukup baik dalam melakukkan sesuatu, tidak bisa memenuhi harapan orang lain seperti keluarga, teman, dan masyarakat sehingga mereka mengintegrasikan tekanan tersebut menjadi kebencian terhadap diri sendiri.

  • Kesulitan dalam mengekspresikan emosi

Dalam kondisi ini, mungkin seseorang merasa tidak mampu atau bahkan tidak tahu bagaimana cara mengomunikasikan perasaan mereka secara verbal atau melalui cara-cara yang sehat.Akibatnya, mereka melampiaskanya ke tubuh mereka sendiri.

  • Peralihan rasa sakit

Ketika seseorang merasa sedih, marah, kecewa yang begitu hebat dan merasa tak mampu untuk mengobati luka batin yang dirasakan, mereka menganggap sakit fisik lebih mudah disembuhkan maka mereka memilih untuk melukai dirinya sebagai bentuk peralihan rasa sakit yang dialaminya.

  • Penilaian negatif terhadap ekspresi emosi

Banyak yang menganggap mengekspresikan emosi seperti menangis adalah bentuk kelemahan, akhirnya banyak orang yang memilih untuk memendam emosinya sampai pada akhirnya emosi itu meledak dan melampiaskanya ke self-harm.


Langkah Awal: Menerima dan Merangkul Diri Sendiri

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline