Ketika Gardner menemukan bahwa kecerdasan manusia ada delapan (sekarang Sembilan) pada tahun 80-an dalam bukunya Frame of Mind, tak lama setelah itu dunia pendidikan mulai mengadopsi temuan tersebut. Implikasinya, proses pendidikan (baca: pembelajaran) berorientasi pada delapan kecerdasan tersebut, tidak hanya satu kecerdasan. Saat ini dunia pendidikan menyadari bahwa setiap peserta didik mempunyai potensi yang berbeda. Setiap peserta didik tidak hanya dinilai pada satu aspek saja, yang biasanya hanya kecerdasan intelektual. Gardner sendiri menyatakan, bahwa berdasarkan hasil penelitian, kesuksesan seseorang dalam kehidupannya disumbang hanya 20% dari kemampuan intelektualnya, selebihnya faktor yang lain.
Dapat dipahami bahwa sesungguhnya tidak ada manusia yang bodoh. Karena setiap manusia telah diberikan potensi yang berbeda. Kita bisa ambil contoh apakah seorang Einsten akan sukses ketika dia mendalami olah raga atau musik, atau seorang Newton mendalami bahasa? Mereka, Einsten, Newton, atau Stephen Howking jenius dalam bidang fisika-teoritis. Pele, Diego Maradona, Christian Ronaldo, Messi adalah mereka yang jenius dalam bidang olah raga sepak bola. Nah, sekarang tinggal bagaimana menstimulus potensi kecerdasan tersebut dalam proses pendidikan, khususnya di sekolah.
Saat ini dalam kurikulum 2013 dinyatakan bahwa berbagai model pembelajaran seharusnya dilakukann untuk menghadapi berbagai kecerdasan yang dimiliki peserta didik. Ruh dalam kurikulum 2013 itu adalah bagaimana potensi peserta didik dapat ditumbuhkembangkan sehingga memunculkan berbagai kecerdasan. Peserta didik bukan objek, melainkan sebagai subjek pembelajaran. Guru atau sekolah harus memberi ruang yang cukup untuk memunculkan potensi-potensi tersebut.
Jauh sebelum ditemukannya teori Gardner, tanpa disadari Labschool telah memberikan ruang kepada peserta didik untuk berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Salah satunya adalah kegiatan Trip Observasi. Penulis akan mencoba memaparkan dalam tulisan yang singkat ini. Hal ini merupakan pandangan pribadi penulis selama mengamati kegiatan Trip Observasi. Dari 45 kali kegiatan TO, penulis sudah mengikuti sebanyak 14 kali. Berdasarkan pengamatan penulis, setidaknya ada tiga kecerdasan yang menonjol dalam kegiatan TO yaitu; kecerdasan linguistik, kinestetis, dan interpersonal. Namun demikian tidak menutup kemungkinan kecerdasan lainnya juga terdapat dalam kegiatan TO ini.
Menurut Shearer (2004:4) kecerdasan bahasa erat hubungannya dengan keterampilan orang dalam menguasai bahasa tulisan dan lisan. Menurutnya ciri utama dari kecerdasan bahasa meliputi kemampuan menggunakan kata-kata secara efektif dalam membaca, menullis, dan berbicara. Keterampilan berbahasa penting sekali untuk memberikan berbagai penjelasan, deskripsi, dan ungkapan.
Salah satu kegiatan Trip Observasi yang memberikan stimulus bagi kecerdasan bahasa adalah presentasi hasil penelitian, mengapa demikian. Presentasi hasil penelitian tidak sekedar mempresentasikan, namun sebelumnya mereka harus menyiapkan dalam bentuk tulisan makalah dan display. Dalam proses penulisan makalah hasil penelitian itu, siswa yang memiliki potensi kecerdasan linguistic akan mengekspresikan kemampuannya tersebut. Didalam regu, mereka secara sadar telah membagi tugas kepada anak yang memang mampu mengerjakannya. Seperti dijelaskan sebelumnya, bahwa orang yang memiliki kecerdasan bahasa memiliki keterampilan mendeskripsikan, nah di dalam proses pembuatan presentasi hasil penelitian itu, peserta didik mendeskripsikan temuan di lapangan dalam bentuk tulisan. Mereka yang kuat kemampuan bahasanya akan terlihat pada hasil tulisan dan saat presentasinya. Tidak jarang ditemukan kejutan-kejutan dalam tulisan dan presentasi mereka.
Kegiatan lainnya yang dapat menstimulus potensi bahasa itu adalah menjadi pembawa acara dalam kegiatan pentas seni ada malam hari. Perlu diketahui bahwa setiap malam, kecuali malam ketiga, diadakan pentas seni. Pada pentas seni tersebut pasti ada pembawa acaranya. Pembawa acara dapat diambil dari peserta TO. Sering ditemukan saat menjadi pembawa acara, mereka tampil sangat baik dan dapat memberikan keceriaan pada pentas seni tersebut. oleh karena itu tak jarang pada kegiatan berikutnya atau kegiatan lainnya mereka terus menjadi pembawa acara. Pada kegiatan kerohanian setiap kelompok juga diwajibkan berpidato, kuliah tujuh menit (kultum). Sekali lagi hal ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengeksplorasikan kemampuan berbahasa.
Kecerdasan interpersonal sangat berhubungan dengan kemampuan untuk memahami orang lain. (Shearer 2004: 6) menjelaskan bahwa kecerdasan interpersonal mendorong keberhasilan seseorang dalam mengatur hubungan antar individu.
Trip Observasi sangat erat hubungannya dengan kecerdasan interpersonal ini. Mengapa demikian? Hal ini karena dalam kegiatan TO mereka dibagi kedalam beberapa kelompok. Setiap kelompok yang terdiri dari 10 – 11 orang menempati rumah warga setempat. Pada setiap regu juga terdapat kakak OSIS dan guru pembimbing. Dengan demikian mereka akan berinteraksi langsung dengan kawan, kakak kelas, guru pembimbing, bahkan dengan orang tua tempat mereka tinggal.
Proses interaksi yang dilakukan memberikan stimulus kepada mereka untuk saling memahami satu dengan yang lain. Mereka mau tidak mau harus memahami temannya agar mereka dapat survive selama mereka tinggal 5 hari di rumah tersebut. Betapa tidak, mereka harus saling membagi tugas pekerjaan, seperti memasak, membereskan dan merapihkan rumah. Dalam proses pembagian tugas tersebut, tidak jarang mereka harus berdebat atau bahkan mengalah demi kepentingan kelompok. Situasi ini sangat berguna bagi perkembangan kecerdasan interpersonal mereka. Mereka akan terbiasa dengan perbedaan dan saling memahami satu dengan yang lain.
Kecerdasan berikutnya adalah kinestetis. Shearer (2004: 5) menjelaskan bahwa kecerdasan kinestetis menyoroti kemampuan untuk menggunakan seluruh badan (atau bagian dari badan) dalam membedakan berbagai cara baik untuk ekspresi gerak maupun aktivitas bertujuan (atletik). Semua orang dengan kecerdasan kinestetis-tubuh yang menonjol mampu menggunakan otot-ototnya untuk mengendalikan gerak badannya, memiliki koordinasi tangan-mata, dan mampu menggerakkan objek untuk melengkapi sejumlah gerak kompleks atau mengatur sebuah pesan.
Pelaksanaan kegiatan TO banyak menggunakan aktifitas fisik. Mulai dari olah raga pagi, sampai membuat display penelitian. Bahkan mereka harus memasak demi kepentingan regu. Dalam acara TO juga terdapat berbagai permainan yang merangsang aktivitas mereka pun pada acara pentas seni, mereka juga menampilkan berbagai kemampuan seni mereka, seperti; menari, menyanyi dan drama. Seringkali Kemampuan seni tersebut baru terlihat saat mereka tampil pada pentas seni tersebut. Peserta didik yang kurang menonjol pada akademik misalnya, ternyata mempunyai kemampuan yang menonjol pada bidang seni. Dengan demikian guru dapat memahami bahwa ternyata peserta didik mereka memilki beraneka ragam kecerdasan yang pada akhirnya dapat digunakan dalam membuat strategi pembelajaran di kelas.
Untuk kercerdasan lainnya, penulis akan mencoba memaparkan pada tulisan berikutnya…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H