Meredakan Gemuruh
Maleeka ...
Namamu kucipta sebagai puisi
Berkali-kali engkau mencabut belati
Memahami bahwa hidup sedingin ini
Mempelajari duka demi duka untuk kuat berdiri
Tangismu panjang merangkul segala ketakutan
Doamu lirih meredakan gemuruh yang menyakitkan
Sesekali tatap mata itu tajam, geram
Namun, katamu hidup tak boleh mendendam ...
Berkali-kali kita terseret memeluk suram
Katamu lagi dan lagi, "Selama engkau ada di sisiku biarlah legam kita pahat menjadi pualam. Bukankah dia selalu indah dalam diam?"
Maleeka ...
Sungguh tak mengapa, segala sakit itu ibarat rekristalisasi yang selalu membutuhkan suhu lebih kuat lagi
Panas yang menyengat telah mendidik kuat dalam keterjatuhan yang paling memilukan
Sungguh, benar katamu ...
Dendam itu suram
Mari kita sepakati untuk tak menyumpahi
Ternyata Tuhan membuat kita kuat
Dengan cara-Nya yang terasa menyakitkan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H