Joseph. M Juran merupakan seorang tokoh penganjur mutu dan manajemen kualitas yang terkenal. Beliau juga merupakan seorang insinyur, konsultan manajemen dan juga merupakan seorang penulis yang dalam beberapa tulisannya membahas mengenai mutu dan manajemen kualitas. Joseph M. Juran lahir di Rumania pada tahun 1904. Juran ini memiliki dua gelar kesarjanaan yaitu dalam bidang tenik dan hukum.
Pada tahun 1924 Juran lulus dengan mendapatkan gelar di bidang elektro dan dipekerjakan oleh Hawthorne Works milik Western Electric. Disanalah beliau mulai mengerjakan prinsip universal yang dimulai dengan Prinsip Pareto. Setelah peristiwa Perang Dunia II, Juran menjadi profesor teknik Industri di Universitas New York, mengajari tentang manajemen mutu. Karya Dr. Juran menarik minat khusus Jepang. Pada tahun 1954, Beliau pergi ke Jepang untuk mendiskusikan teorinya atas undangan Persatuan Ilmuwan dan Insinyur Jepang. Pada tahun 1979, Juran mendirikan sebuah institut yang dinamai Institute Juran. Institute Juran ini merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang penelitian, pelatihan, dan konsultasi manajemen kualitas.
Dalam konsep mutunya, Juran mendefinisikan "Quality means those features of products which meet customer needs and thereby provide customer satisfaction. In this sense, the meaning of quality is oriented to income. The purpose of such higher quality is to provide greater customer satisfaction and, one hopes, to increase income.." Mutu merupakan fitur produk yang memenuhi kebutuhan pelanggan dan dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan. Dalam hal ini mutu berorientasi pada pendapatan. Tujuan tertinggi dari mutu adalah untuk memberikan kepuasan pada pelanggan dan meningkatkan pendapatan yang lebih tinggi.
Juran memiliki konsep mutu yang dikenal dengan "Trilogy Juran" atau juga dikenal dengan Trilogy Mutu. Konsep ini tediri dari proses yang sama-sama membentuk perjalanan manajemen mutu secara keseluruhan. Tiga komponen Trilogy juran tersebut adalah sebagai berikut:
Quality Planning (Quality By Desain). Ini merupakan tahap desain dimana organisasi menetapkan pemahaman tentang kebutuhan pelanggan sasarannya, mendefinisikan spesifikasi dan fitur produk atau layanan, dan merancang proses yang akan memenuhi kebutuhan tersebut.
Quality Control (and Assurance). Pengendalian mutu secara berkelanjutan melibatkan pemeriksaan dan inspeksi berkala, serta pelacakan mentrik untuk memastikan proses terkendali dan memenuhi spesifikasi. Ketika cacat teridentifikasi maka akar permasalahan perlu diidentifikasi untuk dilakukan perbaikan dan pencegahan.
Quality Improvement (Breakthrough). Peningkatan kualitas terobosan melibatkan identifikasi area dimana proses dapat dioptimalkan dan menciptakan perubahan bermanfaat yang terorganisir untuk mecapai peningkatan kinerja yang terukur.
Bagi setiap lembaga pendidikan, mutu adalah suatu isu utama yang perlu diperhatikan. Menurut Ismail, penerapan manajemen mutu pada lembaga pendidikan memerlukan adanya pengelolaan yang baik dan profesional, manajemen organisasi yang baik, penyediaan personel yang memadai sehingga dapat menghasilkan output yang berkualitas tinggi. Dalam kaitan ini, lembaga pendidikan Islam perlu melakukan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana proses penjaminan mutu dilakukan dalam setiap satuan pendidikan Islam. Berapa jumlah lembaga pendidikan Islam yang sudah terakreditasi dan memenuhi standar dan berapa banyak lembaga pendidikan Islam yang sudah menapaki tahapan peningkatan mutu pendidikan. Evaluasi ini penting untuk mengetahui posisi lembaga pendidikan Islam dalam standar nasional pendidikan yang telah ditetapkan.
Merujuk pada Trilogi Juran, mutu lembaga pendidikan Islam dapat ditingkatkan dengan pembenahan pada aspek perencanaan mutu, pengendalian mutu, dan pengembangan mutu. Isi pokok perencanaan mutu ialah dengan mengidentifikasi kebutuhan masyarakat pada lembaga pendidikan Islam seperti madrasah atau pesantren. Apa yang diharapkan dari lulusannya dan kebutuhan apa yang sedang mendesak dikalangan umat Islam. Kemudian lembaga pendidikan Islam harus menerjemahkan kebutuhan tersebut ke dalam program kegiatan dan menyusun langkah-langkah dalam proses pelaksanaan tersebut sehingga dapat menghasilkan peserta didik yang bermutu.
Tahap pengendalian mutu dalam pendidikan Islam dapat dimaknai sebagai proses untuk memastikan bahwa implementasi program telah terlaksana dengan baik. Aspek operasional telah berjalan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Peserta didik dapat menunjukkan harapan-harapan yang ditetapkan dalam standar kompetensi lulusan. Selanjutnya, untuk tindak lanjut perlu adanya evaluasi untuk peningkatan kualitas menjadi suatu proses bagi lembaga untuk menjaga dan meningkatkan kualitas dengan melakukan terobosan baru sesuai dengan tuntutan zaman.