Ionic Liquid atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai cairan ionik merupakan senyawa kimia yang sedang banyak diperbincangkan karena memiliki sifat "hijau" atau ramah lingkungan. Bila ditinjau dari senyawa penyusunnya cairan ionik terbentuk dari kation dan anion seperti pada garam dapur (NaCl). Cairan ionik memiliki beberapa sifat yang menyebabkannya dijuluki sebagai agen biochemistry. Sifat pertama yaitu memiliki titik leleh yang rendah yaitu di bawah 1000 C. Hal ini disebabkan karena ukuran kation dan anion yang besar sehingga ikatannya menjadi lemah dan mudah untuk meleleh. Sifat berikutnya yaitu cairan ionik memiliki titik didih yang sangat tinggi karena hanya terbentuk dari senyawa anion dan kation. Hal ini menyebabkan cairan ini tidak gampang untuk menguap begitupun tidak mudah membeku. Karena sifat-sifat uniknya ini, cairan ionik memberikan manfaat yang besar dengan resiko yang sangat minim. Maka dari itu, penggunaan cairan ionik dalam berbagai reaksi kimia menjadi pilihan yang baik dan menguntungkan.
Gas CO2 merupakan emisi yang paling banyak memicu fenomena pemanasan global. Berbagai kontribusi manusia mulai dari, asap kendaraan, asap pembakaran, hingga asap pabrik menyumbang emisi CO2 yang sangat besar. Bila hal ini terus dilakukan manusia tanpa adanya upaya untuk mengurangi emisi-emisi gas rumah kaca, maka efek pemanasan global akan semakin jelas terasa seperti peningkatan suhu global dan juga perubahan iklim.
Berbagai teknologi telah diupayakan untuk dapat mengurangi keberadaan gas CO2 di bumi. Salah satunya penggunaan pelarut organik untuk menyerap gas CO2. Cairan ionik memiliki potensi yang besar untuk digunakan dalam penyerapan CO2 (Anggraini dan Sutjahja, 2023). Potensi ini karena karakteristiknya yang memiliki reaktivitas yang tinggi dengan molekul CO2, stabilitas termal yang tinggi, dan kapasitas penyerapan yang tinggi, non-volatil, tidak mudah korosif, laju degradasi yang rendah, biaya regenerasi yang tidak terlalu tinggi. Hal ini menyebabkan cairan organik dapat digunakan untuk memproduksi teknologi penyerap CO2 dengan biaya yang lebih murah. Larutan ionik memiliki sifat fisik, kimia, dan termal yang mudah diubah sesuai dengan fungsi yang diinginkan. Sehingga sangat memungkinkan untuk merancang cairan ionik dengan lebih fungsional dan ramah lingkungan.
Menurut Anggraini dan Sutjahja (2023) Proses penangkapan gas CO2 umumnya terbagi menjadi tiga tahapan yaitu, pra-pembakaran, pasca pembakaran, dan pembakaran oxyfuel. Kelarutan dan viskositas merupakan parameter yang paling penting dalam penyerapan CO2. Cairan ionik memiliki potensi kelarutan dan viskositas yang tinggi karena pasangan kation-anionnya dapat diatur. Meskipun demikian, masih banyak tantangan bagi cairan ionik untuk menjadi generasi baru yang lebih ramah lingkungan dan tidak bersifat toksik.
Daftar Rujukan
Anggraini, Y. dan Sutjahja, I. M. 2023. Cairan Ionik sebagai Penyerap Gas CO2. Alchemy Jurnal Penelitian Kimia, 19(2), 247-260.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H