Bagi saya, menjadi anak kos itu bukanlah hal baru. Di bangku SMA, saya sudah merasakan jadi anak kos. Lalu, berlanjut saat kuliah.
Jadi, ketika saya mendapatkan pekerjaan di Jakarta dan akan kembali menjadi anak kos, saya cukup percaya diri.
Namun, ternyata menjadi anak kos di Jakarta dengan mengandalkan gaji fresh grad itu tidak sesederhana kelihatannya. Perlu siasat khusus agar gaji tak sekadar numpang lewat.
Cuci Baju Sendiri
Saat SMA dan kuliah, baju kotor sehari-hari biasa saya masukkan laundry atau bawa pulang ke rumah. Di rumah, baju-baju itu akan dicuci menggunakan mesin cuci, lalu dibawa ke laundry untuk disetrika.
Baju yang sudah bersih dan rapi tinggal diangkut lagi ke kos. Ini bisa dilakukan karena jarak rumah dan tempat kos yang masih sangat bisa dijangkau dengan perjalanan mengendarai sepeda motor. Dan saya memang biasa bolak-balik kos-rumah setidaknya seminggu sekali.
Nah, saat ngekos di Jakarta, tentu lain cerita. Karena tidak lagi bisa bolak-balik, saya tentu harus mengurus baju kotor sendiri.
Awal-awal, saya hanya mencuci pakaian dalam dan sisanya saya masukkan laundry. Rupanya ongkos laundry di Jakarta amat mahal. Bisa 3-4 kali lipat lebih mahal (bahkan lebih) dari ongkos laundry di daerah.
Kepala pening sekali karena pengeluaran untuk cucian saja besar sekali.
Saya ingin mencuci sendiri, tetapi kos yang saya tempati kebetulan tidak memiliki area jemur baju.