Tuan, kupikir cerita kita sudah selesai. Tapi, ternyata tidak. Ternyata Tuhan masih terus membuat cerita diantara kita.
Suatu hari, di sebuah masjid ketika selesai kajian muslimah. Aku duduk sambil meminum air putih yang kubawa. Lalu Aku berdiri karena mencari temanku Uci dan Imah. Saat berdiri tuan, aku malah menemukanmu persis di depan mataku. Jarakku hanya sekitar lima senti dari tempatmu berdiri. Kita saling bertatapan satu sama lain, seketika angin berhembus membawaku pada suasana syahdu. Sungguh, ini tak pernah kualami. Lagu Satu Bulan milik Bernadya terdengar di telingaku. Aku tak tahu siapa yang memutar lagu seperti itu di masjid ini.
"Astaghfirullahalazim" Ucap kita berdua, saat kita mulai sadar.
"Kamu Zahra kan? " Tanyamu padaku tuan.
Aku menganggukkan kepala. Sambil berusaha tenang akan kehadiranmu di hadapanmu. Andai kau tahu tuan, jantungku berdetak lebih kencang dari biasanya. Mulutku pun kaku, saat kau nyata ada di depanku. Itu pun saat rasaku sudah tak lagi ada buatmu.
"Aku Naza, kamu kenal aku kan? Kita pernah chatingan" Ucapmu lagi tuan.
Tentu saja aku mengenalmu tuan, aku juga masih ingat setiap ceritaku denganmu. Awalmula kau datang dalam hidupku juga drama yang dibuat oleh kekasihmu. Aku masih ingat semua itu. Aku juga masih ingat saat kamu dan kekasihmu itu saling tertawa di sebuah sepeda motor milikmu. Aku masih ingat betapa perihnya hatiku saat itu. Perih, karena ekspektasiku tentangmu terlalu jauh.
"Oh iya, Gak nyangka yah bisa ketemu disini" Jawabku canggung.
Kamu tersenyum padaku. Sementara aku mulai berpikir bagaimana caranya agar aku lari darimu.
"Aku sudah baca cerpen-cerpenmu. Ada yang namanya Amel mengganggumu kan? Tolong maafkan dia yah. " Ucapmu padaku.