Lihat ke Halaman Asli

Rahmi Yanti

Mahasiswa

Mengurut Dada

Diperbarui: 17 April 2024   18:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.capcut.com/id-id/discover/keyword/lirik-lagu-ai-holan-ho-do-pariban/139923678723

Tuan, siapa sebenarnya yang mengurut dada diantara kita? Apa kau, karena membaca tulisanku tentang Ifan, teman baikku itu? Atau kau kira aku, karena telah mengetahui sedikit dari masa lalumu? Atau, sebetulnya diantara kita tak ada yang mengurut dada? 

Tuan, sejak hari dimana aku menulis tentang ikhtilat, dalam sebuah ringkasanku di sosial media. Sepertinya, jarak batin diantara kita mulai terlihat.

 Kau, masih sering berkunjung dalam lingkar magentaku.  Namun, aku tidak lagi. Bukan aku sombong tuan. Kadang kala, jika aku berkunjung ke sana. Malah menyakiti dadaku. Lebih baik aku menjauh kan? 

Tuan, mungkin barang kali benar. Kalau jarak batin itu sudah mulai jauh sekali. Saat kau tahu, aku tak pernah lagi mecarimu. Kau tak lagi membawa hati bersamamu di lingkar magenta itu.*

Kini sudah sunyi tentang rasaku padamu. Bukan karena, aku tak menyebutmu lagi dalam doaku. Hanya saja, kini Aku tengah berusaha untuk mengiklaskanmu. Melepaskanmu meski, kita belum pernah bersatu.

Barang kali, aku telah ditegur oleh Tuhan. Sebab, tiada hariku tanpa memikirkanmu. Hingga, lupa kau bukan siapa-siapa dihidupku. 

Setiap kejadian yang kualami tuan. Kutulisakan agar kau paham. Namun, Allah telah memberikan aku pesan. Ternyata aku tersadar. Nukan karena kau, tapi karena Allah. Aku sanggup menulis cerita ini. Bahkan di tengah luka yang kualami. 

Jangan tanya aku tentang luka itu.  Ini bukan salahmu. Ini salahku, karena telah larut dalam sinyal yang tak pasti adanya. Benar kata orang-orang, 

"Jika perempuan tidak disibukkan dengan ilmu. Maka, ia akan disibukkan dengan perasaan-perasaannya."

Barangkali, itu sudah terjadi padaku tuan. Aku telah disibukkan dengan perasaan-perasaan mencintaimu. Padahal, kau bukanlah milikku kan. Sibuk melangitkan doa-doaku untukmu. Hingga lupa, bahwa ada hariku yang lebih indah selain memikirkanmu.*

Tuan, sore itu. Aku tengah sendiri di perpustakaan. Tak ada orang satu pun, kecuali pegawai perpustakaan itu. Barangkali, karena memang masih dalam suasana lebaran. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline