Siapa yang tidak tahu film Petualangan Sherina? Film yang identik dengan lagu Jagoan itu terkenang pada hati anak-anak sejak tahun 2000. Tokoh Sherina yang penuh semangat dan cerdas itu mampu menarik perhatian publik. Pengembangan identitas suatu individu sangat dipengaruhi oleh pengalaman masa kecilnya. Bentuk pengasuhan orangtua, kebiasaan yang dibangun, aktivitas sehari-hari, penanaman nilai, hingga lingkungan teman sebayanya menjadi faktor yang melekat pada masa kecil anak. Untuk menjadi dan menemukan identitasnya kelak, anak akan melewati beberapa fase. Piaget, seorang ahli biologi dan juga psikolog yang lekat dengan epistemologi generik, menjelaskan bahwasannya anak akan melewati 4 tahap perkembangan kognitif (Boeree,2006: 297-315), diantaranya :
Tahap Sensor-Motorik
Anak mengalami fase pertama ini pada saat dilahirkan hingga usia 24 bulan. Sesuai dengan nama nya, anak akan mencoba memahami dunia dengan menggunakan kemampuan indranya. Pada usia 1 hingga 4 bulan, anak akan mengandalkan reaksi sirkular primer, dimana pada tahap ini anak akan melakukan tindakan berdasarkan respon dari tindakan sebelumnya dalam bentuk yang sama. Misalnya seorang anak menghisap ibu jarinya, karena ia merasa nyaman dan enak maka ia melakukannya terus menerus. Pada usia 4 hingga 12 bulan, anak akan mengandalkan reaksi sirkuler sekunder, dimana pada tahap ini anak akan mencoba untuk terlibat dengan lingkungan sekitarnya. Sesuatu yang membuat hatinya senang, akan ia pelajari dan amati bagaimana cara kerjanya sehingga ia bisa mempertahankan hal yang membuat ia senang itu.
Pada tahap ini pula ingatan anak sudah mulai hadir secara permen, ia akan mulai berpikir bahwasannya ketika sesuatu itu tidak ada, bukan berarti sesuatu itu hilang. Pada usia 12 hingga 24 bulan, anak akan mengandalkan reaksi sirkular tersier, dimana pada fase ini masih berkaitan dengan hal-hal yang membuat anak tertarik, namun sifatnya lebih variatif dan juga menetap. Anak akan mengingat pola-pola reaksi yang diberikan oleh sekitarnya. Pada tahap ini pula anak sudah melewati perkembangan representasi mental, dimana anak mempertahankan citraan dalam pikirannya dalam jangka waktu yang lebih panjang.
Tahap Pra-Operasional
Anak akan melewati fase ini pada usia 2 hingga 7 tahun. Pada fase ini anak telah memiliki representasi-representasi mental dan memiliki pertimbangan secara lebih baik, anak juga telah memahami simbol-simbol di sekitarnya.Ketika anak melihat suatu gambar, suatu tulisan atau mendengar suatu kata, ia akan memikirkan representasi dari apa yang ia lihat atau dengarkan. Dengan kemampuan mempergunakan simbol ini, pemahaman anak akan kejadian yang sudah lalu atau yang akan datang menjadi lebih baik. Misalnya ketika anak ditanya terkait pengalaman tidak menyenangkannya, ia akan menunjukan mimik yang seketika sedih. Atau ketika ia menangis karena ditinggal oleh ibunya lalu ditenangkan dengan kalimat seperti "Ibu sebentar lagi pasti pulang", ia akan mulai menghentikan tangisannya.
Pada fase ini anak menginterpretasikan dan mampu merepresentasikan kejadian di sekitarnya lewat simbol-simbol, diantaranya lewat kalimat juga ekspresi wajah. Namun yang perlu diingat adalah pada fase ini anak sangat bersifat egosentris. Sehingga interpretasi dan juga representasi yang ia tunjukan merupakan simpulan yang merujuk hanya pada dirinya saja.
Melansir dari Medical News Today, ada lima perilaku utama yang ditunjukkan oleh anak-anak selama tahap ini (Fiska, 2021), antara lain:
a. Imitasi
Pada tahap ini, anak-anak akan meniru tindakan orang lain, mulai dari orang tua, saudara, dan orang-orang yang ada disekitarnya.
b. Permainan Simbolik