Siapa yang tidak ingat dengan film Kingsman: The Secret Service? Film yang disutradarai oleh Matthew Vaughn ini memenangkan Empire Award untuk film Inggris terbaik pada tahun 2015 silam. The Secret Service juga banyak mendapatkan ulasan positif dari para kritikus. Siapa yang tidak jatuh hati dengan ketampanan Eggsy ataupun kecerdasan Roxy? Namun, saya pribadi cukup tertarik dengan Richmond Valentine. Aksi yang dilakukannya cukup membuat saya beripikir "Apa benar itu solusinya?"
Dalam Kingsman: The Secret Service, Valentine melakukan aksi genosidanya dengan cara membagian kartu sim handphone secara cuma-cuma. Ketika ditekan tombol kendali yang terdapat pada Valentine, kartu tersebut dapat mengeluarkan gelombang neurologis yang dapat memicu pusat tindakan agresif dan mematikan alam sadar manusia. Maka ketika hal tersebut terjadi, setiap manusia yang terkena paparan gelombangnya akan bersikap agresif dan membunuh satu sama lain. Percobaan tersebut dilakukan Valentine disalah satu gereja setempat.
Ketika ditelisik kembali, Valentine mengemukakan alasannya. "Saat kau terkena virus, kau akan menjadi demam. Tubuh manusia meningkatkan suhu badannya untuk membunuh virus tersebut. Planet bumi bekerja dengan cara yang sama. Pemanasan global merupakan demamnya, umat manusia adalah virusnya. Kita membuat planet yang kita miliki sakit. Penyisihan merupakan satu-satunya harapan. Jika kita tidak mengurangi populasi yang ada, maka hanya ada dua cara mengakhiri masalah ini. Tubuh itu membunuh virus, atau virus membunuh tubuh itu".
Valentine dan aksi genosidanya mungkin hanya sebatas cerita fiktif. Namun saya merasa cerita tersebut tidak asing dalam kehidupan nyata yang saya amati. Pemaparan Valentine tentang alasannya tersebut saya pikir sejalan dengan hukum kedua termodinamia, yaitu entropi. Entropi merupakan ukuran kekacauan suatu sistem. Saya coba umpakan secara sederhana, dua buah lemon saat diperas menggunakan mesin pemeras elektrik dapat menghasilkan satu gelas cairan lemon. Namun terdapat beberapa kerusakan dalam mesin pemeras tersebut, sehingga saat dua buah lemon diperas kembali hanya menghasilkan setengah gelas cairan lemon. Maka Sebagian energi yang digunakan untuk mengatasi kerusakan tersebut disebut entropi. Dengan kata lain entropi mesin tersebut menjadi 50%.
Hukum entropi ini berlaku pada semua tataran yang ada, baik ilmu alam maupun ilmu sosial. Berdasarkan hukum kedua termodinamika ini, sains menetapkan dengan jelas bahwa alam semesta ini tidak mungkin bersifat abadi. Ada perpindahan energi panas yang terus menerus dari benda-benda yang panas menuju benda-benda yang dingin, serta tidak mungkin terjadi hal yang sebaliknya dengan kekuatan apapun, di mana energi panas berbalik arah dari benda-benda yang dingin menuju benda-benda yang panas. Hal tersebut berrati bahwa alam semeesta berjalan menuju suatu tingkatan yang memiliki panas sama pada seluruh benda dan meratalah seluruh sumber kekutan yang ada. Pada saat itu ada proses kimiawi atau fiiska serta tidak ada pula jejak-jejak kehidupan itu sendiri di alam semsta ini. ketika kehidupan telah berallu atau masih berlangsung, proses kimiawi dan fisika itu masih berlangsung dijalurnya. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa alam semesta ini tidak mungkin bersifat abadi. (Jamiludin, 2010).
Hukum termodinamika dua ini menyatakan bahwa derajat chaos itu akan selalu naik, termasuk pada bumi. Namun pertanyaanya apa kita akan memberikan sumbangsih untuk memicu kenaikan entropi bumi atau mencoba menekan laju kenaikannya agar bumi ini tetap layak untuk kita huni lebih lama?
Awal pekan ini Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa target perlindungan keanekaragaman hayati yang mereka tetapkan untuk dekade ini gagal dicapai.Sekitar satu juta spesies hewan dan tumbuhan kini terancam punah. Risiko besar itu tidak pernah muncul sebelumnya dalam sejarah umat manusia. Perkiraan itu muncul dalam kajian Intergovernmental Science Policy Platform on Biodiversity and Ecosystem Services tahun 2019.Saat hutan terbakar, sejumlah besar karbon dioksida terbang ke atmosfer. Dampaknya, pemanasan global bisa bergulir lebih cepat."Pada titik ini, kebakaran menyumbang 5% emisi tahunan AS, dan 0,7% emisi CO2 tahunan secara global," kata Pieter Tans, pakar iklim di Badan Nasional Kelautan dan Atmosfer AS. (BBC, 2020). Berdasarkan data tersebut, dari sekitar tujuh miliar penduduk bumi usaha yang paling mendominasi apa yang telah dilakukan? Apakah menekan laju kenaikan entropi bumi? Atau sebaliknya? Saya pikir masing masing dari kita telah menemukan jawabannya.
Lalu apakah yang dilakukan Valentine dalam Kingsman: The Secret Service merupakan gambaran solusinya? Mungkin jika kita lihat secara sederhannya, memang aksi tersebut dapat membuat bumi menjadi lebih seiimbang, hal tersebut dikarenakan berkerungnya populasi dunia yang berarti berkurangnya sumbangsih emisi karbon dan sejenisnya. Namun, apakah cara tersebut tepat? Siapa manusia yang berhak menentukan dan memilih manusia mana yang berhak hidup atau tidak? Saya pikir tidak ada satupun manusia yang berhak atas itu. Lalu bagaimana? Apakah kita akan terus biarkan pertumbuhan populasi manusia dengan segala tingkah lakunya itu?. Saya teringat lagi dengan ucapan Pram, "bersikap adilah sejak dalam pikiran dan perbuatan". Karena beberapa hal tersebut terjadi bukan hanya karena ketidak tahuan, namun juga kurangnya rasa tanggung jawab. Untuk menekan angka entropi bumi, dibutuhkan dua hal tersebut. Pengetahuan dan rasa tanggungjawab. Terdengar sedikit utopis mungkin dibeberapa telinga, namun saya pribadi meyakini hal tersebut sebagai solusinya.
Untuk menciptakan rasa tanggungjawab tersebut tetep harus didasarkan pada pengetahuan dan pemahaman terkait issue yang diangkat. Demokratisasi ide dan informasi harus terus digalakan. Kemajuan tekonologi dan informasi mungkin dapat mengakselerasi hal tersebut. Namun sangat disayangan beberapa orang memiliki kepentingan komersialnya sehingga membentuk algoritma pada masing-masing individu. Hal tersebut menghambat proses demokratisasi ide dan informasi semakain meluas. Maka, semua hal ini harus dilihat secara meneyeluruh dan sistematis sehingga mengahasilakan sebuah kebijakan publik dan kebijaksanaan dalam menyikapinya.
Sumber