Lihat ke Halaman Asli

Rahmi Hafizah

Seorang ibu yang memiliki 2 anak

Puasa ke 5 Tanpa Ayah

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Membaca tulisan Zulfikar Akbar dan mas Agung Triatmoko tentang Ayah, membawaku terbang jauh Teringat pada almarhum ayahku. Terlebih ramadhan ini adalah puasa ke 5 tanpa ayah disisiku dan ibu pastinya.

Aku yang kini hanya tinggal berdua ibu, selama 4 tahun ini selalu merasakan kesepian, sahur dan buka hanya berdua. Terkadang jika aku sedang tidak puasa atau puasa sekalipun, malas rasanya untuk sahur tapi karena kasihan sama ibu, pasti kupaksakan untuk bangun. Inginnya tetap memeluk guling dikamar tersayang.

Sosok ayah adalah seorang laki-laki yang memiliki prinsip bahwa keluargaku adalah ibarat negara, maka jika ada masalah negara lain tidak ada hak untuk ikut campur.

Ayahku selain dikenal sebagai orang yang humoris beliau juga seorang yang keras namun hatinya begitu lembut. Tengah malampun jika ada tetangga yang minta tolong, ayah pasti mau. Walaupun ibu melarang karena ayah pernah stroke, memiliki sakit jantung dan diabetes. Tapi ayah bersikeras memaksa, dan akhirnya ibu pun mengalah.

Ayah tidak pernah takut terhadap siapapun jika dia merasa benar. Apa lagi dalam membela agamanya. Ayah bukan laki-laki yang malu untuk belanja ke pasar kemudian memasak untuk keluarganya.

Ayah juga bukan laki-laki yang suka dicucikan dan disetrika bajunya oleh orang lain apakah itu istri, anak maupun pembantu terkecuali jika dia sakit.

Masih tergiang ditelingaku jika ayah menyuruhku menginjak-injak punggungnya kalau beliau sedang pegal ' hayo mau surga ga?' sejak aku SD sampai sarjana ayah tidak pernah mau diinjak-injak sama siapapun, hanya mau sama aku. Kata ayah ' cuma sama si bontot yang injak-injak, badan ayah enak. kalau sama ibu atau yang lain badan ayah pasti malah jadi sakit'. Aku hanya senyum kalau ayah bilang begitu dan yang lain hanya senyum kecut.

Sepertinya baru kemarin aku melihat ayah membuatkan kami es kelapa muda untuk berbuka dan menganam ketupat sambil nonton berita.

Masih terasa nikmatnya soto betawi buatan ayah, sampai ibupun mengaku kalah enak sotonya sama racikan ayah.

Ayah si bontotmu ini kini telah menjadi wanita yang insya Allah dewasa walaupun masih gampang menangis apa lagi kalau ingat ayah.

Puasa kali ini semoga akan indah walaupun hanya berdua dengan ibu, karena ku yakin ayah telah bahagia ditempat terindah sekarang. amin

Ayah...
Kami merindukanmu


*Lagi cengeng ingat ayah.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline