Lihat ke Halaman Asli

Agar Anak Tak Salah Gaul

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kenakalan remaja zaman sekarang memang makin kelewatan. Fenomena terbaru adalah munculnya cewek ‘cabe-cabean’ dan cowok ‘terong-terongan’. Cabe-cabean’ adalah istilah untuk cewek nakal, yang ingin eksis dengan menjadikan dirinya hadiah untuk cowok. Seperti bisa digauli oleh juara balap liar. Sedangkan terong-terongan’ merujuk pada anak yang cowok yang suka sejenis, dandan dan bergaya kemayu ala perempuan. Mirip perilaku para presenter atau pelawak yang suka wara-wiri di layar kaca.

Mereka adalah korban salah gaul di lingkungan serba permisifsaat ini. Lingkungan seluler yang mengakibatkan remaja tidak berpegangan pada nilai-nilai agama. Mereka lebih menjadikan kesenangan dan gaya hidup sebagai pedoman berbuat. Mereka adalah cewek maupun cowok yang ingin eksis dengan cara negatif, bertentangan dengan Islam. Jelas kedua fenomena itu tidak baik dan harus diberantas. Karena ini menjadi pekerjaan rumah bagi orang tua, pendidik maupun pemerintah. Dari sisi orang tua, pendekatan berikut ini mudah-mudahan bisa menjauhkan anak-anak dari kesalahan pergaulan:

1.Beri pemahaman yang benar tentang pergaulan

Apa definisi gaul yang sebenarnya? Gaul itu berarti memiliki banyak teman, relasi, koneksi dan banyak wawasan. Jadi bukan Cuma ikut-ikutan teman atau ikutan trendterkini. Tak selamanya yang ikut trend yang salah, berarti dia terjerumus salah gaul. Sebagai remaja, gaul memang penting karena inilah saat-saat tepat untuk bersosialisasi. Pergaulan yang luas akan semakin mengasah pola pikir dan pola sikapnya, menambah pengalaman hidupnya.

2.Gambarkan bahaya salah gaul

Anak usia tanggung umumnya masih lugu, polos, belum banyak pengalaman dan judah terpengaruh. Untuk itu, berikan pengertian mengenaibahaya jika salah gaul. Seperti bisa menjerumuskan diri ke hal-hal yang tidak berguna, merusak badan, merusak nama baik, sehingga orang berpandangan rendah terhadapnya, dan bahkan merusak masa depannya nanti.

3.Tanamkan agar anak selalu berpikir sebelum berbuat

Beri pemahaman tentang halal-haram dalam menilai perbuatan, sehingga anak hanya mau melakukan kegiatan positif saja. Pahamkan anak dengan pahala dan dosa sebagai konsekuensi atas setiap perbuatan pilihannya. Bahwa anak yang sudah balig’ sudah menanggung konsekuensi sebagai hambah Allah Swt, sepenuhnya, yang akan diminta pertanggung jawaban.

4.Bangun rasa percaya diri anak

Tanamkan agar anak tampil menjadi diri sendiri. Tidak bunglon atau mengikuti arus. Anak bisa eksis dengan sendirinya jika memiliki kemampuan atau keterampilan, mampu mengembangkan talenta dan berprestasi. Untuk itu, dorong agar anak mencoba berbagai kegiatan positif, ekskul, OSIS, Kesenian, dll.

5.Ajak anak biasa berpikir jauh ke depan

Ajarkan anak untuk bisa membedakan, mana teman mana lawan. Mana teman yang bisa dijadikan sahabat, mana teman yang kira-kira cukup kenal saja. Pilih yang positif, jangan yang sering melakukan hal-hal negatif. Secara umum, yang positif itu pasti yang sesuai aturan, disenangi orang, membawa nama harum, menuai pujian, dll. Sebaliknya, hal negatif itu kebanyakan dibenci oleh orang, menuai cacian, melanggar aturan, dll. Biasakan anak berpikir jauh ke depan apa efek positif-negatifnya atas segala pilihannya.

Mudah-mudahan dengan berbagai pendekatan yang diatas, agar anak-anak bisa terhindar dari salah pergaulan. Semoga bermanfaat bagi semua orang terutama bagi yang membacanya. Amin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline