Lihat ke Halaman Asli

Rahmawati Nur Baderi

Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Analisis jaringan logistik dalam indsutri pertemabangan batu bara menggunakan metode single & double warehouse "pt. mahakam multi lestari"

Diperbarui: 15 Januari 2025   13:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

pendahuluan 

Pemerintah Indonesia memproyeksikan kebutuhan batu bara dalam negeri (DMO) pada 2024 mencapai 187 juta MT, meningkat 35,5% dari 2019. Peningkatan ini didorong oleh sektor PLTU, industri semen, dan smelter. APBI memandang proyeksi ini realistis dengan asumsi pertumbuhan permintaan 10% per tahun. Menteri ESDM menetapkan Harga Batu Bara Acuan (HBA) Oktober 2024 untuk berbagai kualitas batu bara, dengan nilai kalori dan harga bervariasi. 

PT. Mahakam Multi Lestari menghadapi tantangan dalam memenuhi permintaan domestik akibat keterbatasan kapasitas stockpile dan efisiensi logistik. Pada Januari-Juni 2024, produksi batu bara perusahaan sebesar 4,78 juta MT hampir mencukupi demand Pulau Jawa sebesar 4,93 juta MT, namun distribusi hanya mencakup 30,15% kebutuhan. Strategi pengelolaan pasar dan jaringan logistik, termasuk penambahan warehouse dan optimalisasi metode seperti Single dan Double Warehouse, menjadi langkah penting untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing perusahaan dalam menghadapi fluktuasi pasar global.

hasil

Diketahui demand belum bisa terpenuhi karena kapasitas stockpile yang terbatas tidak mampu mengakomodasi semua kebutuhan yang ada. Hal ini dapat disebabkan oleh volume penyimpanan yang tidak mencukupi, ketidakseimbangan antara produksi dan penyimpanan, serta keterlambatan dalam distribusi dari stockpile ke konsumen. Selain itu, perencanaan stok yang kurang optimal atau perubahan mendadak pada permintaan juga dapat menyebabkan backlog demand. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan optimasi kapasitas stockpile dan perencanaan supply chain yang lebih akurat agar kebutuhan dapat terpenuhi secara efisien

Melalui proses pengamatan, pengumpulan, pengolahan, dan analisis data, diperoleh hasil dengan nilai sebagaimana tercantum di bawah ini :

1. Single Warehouse (Gudang Tunggal)

Metode ini memanfaatkan satu gudang pusat sebagai tempat penyimpanan barang sebelum didistribusikan ke pelanggan atau lokasi lainnya. Tujuan utamanya adalah meningkatkan efisiensi dalam hal biaya dan waktu pengiriman

Jaringan logistik yang saat ini digunakan adalah Single WareHouse atau hanya menggunakan satu stockpile saja di Pulau Jawa, yang mana metode tersebut bisa dibilang masih belum terlalu efisien & efektif dalam menghadapi perubahan pasar dan kebutuhan pelanggan.

Biaya penyimpanan batu bara di stockpile/MT dapat berbeda-beda, dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti lokasi, fasilitas infrastruktur, dan tingkat efisiensi operasional. Berdasarkan hasil penelitian, rincian biaya pengolahan batu bara di stockpile dengan (asumsi kurs 1 USD = Rp 16.171,30) adalah sebagai berikut :

  • Biaya Pemisahan (Cost separation) : $0,0484/MT = Rp 782,69/MT
  • Biaya Pengangkutan (Cost barging) : $0,1998/MT = Rp 3.231,03/MT

Biaya-biaya tersebut dapat bervariasi tergantung pada kondisi spesifik dari setiap operasi penambangan dan penyimpanan batu bara. Faktor seperti kapasitas gudang, tata letak stockpile, teknik penyimpanan, serta pengelolaan operasional turut memengaruhi total biaya yang dikeluarkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline