Lihat ke Halaman Asli

Rahmawati

seorang guru

Edukasi Perkawinan Usia Anak di Sekolah

Diperbarui: 9 Juli 2023   06:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Program  Serial  Diskusi  Bersama PLAN INDONESIA, Langkah Awal  Pencegahan  Perkawinan Usia Anak dan Pencegahan Stunting

SMPN 2 Kuripan merupakan salah satu SMP yang terletak di desa Kumbung Kecamatan Kuripan, Kabupaten Lombok Barat, tepat di perbatasan kabupaten Lombok barat dan Lombok tengah. Wilayah Kuripan  merupakan daerah yang memiliki jumlah / tingkat perkawinan usia anka yang masih tinggi berdasarkan data tahun 2021. Perkawinan usia anak yang terjadi dilatar belakangi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah minimnya edukasi pada remaja  dan wai murid terkait undang- undang perkawinan anak dan juga minimnya edukasi terkait hak kesehatan reproduksi untuk remaja.

Sejak pertengahan  tahun 2022, SMPN 2 Kuripan bekerja sama dengan yayasan PLAN Indonesia melaksanakan program sekolah ramah anak, yang didalamnya berisi program serial diskusi yang dilakukan siswa siswi SMPN 2 Kuripan, dimana topik serial diskusinya adalah mengenai hak kesehatan seksual reproduksi remaja (HKSR) , bullying/ perundungan , managemen menstruasi, pencegahan perkawinan usia anak, relasi sehat remaja dan materi lainnya yang berhubungan langsung dengan permasalahan remaja dan kesehatannya baik dari  segi fisik, sosial, emosional dan psikisnya.

Program serial diskusi yang dilaksanakn di SMPN 2 Kuripan dilaksanakn sebanyak 18 sesi atau 18 kali sesuai  jumlah materi/ sesi dalam modul yang sudah disediakan. Program serial diskusi ini dilakukan dan difasilitasi oleh PE atau peer educator atau tutor sebaya, dimana 24 siswa dipilih dari siswa kelas 8 dan kelas 7 , untuk dilatih menjadi fasilitator dalam kegiatan serial diskusi ini sehingga siswa siswi PE ini siap dalam memfasilitasi teman- temannya di kelas dalam mempelajari setiap materi modul. Namun sebelumnya 2 orang guru sudah terlebih dahulu dilatih menjadi master trainer kegiatan serial diskusi yang selanjutnya bertugas melatih calon PE untuk bisa menjalankan tugasnya.

Serial diskusi ini dilaksanakn 2 kali sebulan dengan durasi 2 jam pelajaran atau 90 menit setiap sesinya. Namun tidak hanya serial diskusi, SMPN 2 Kuripan melalui kegiatan pembiasaan pagi sebelum pembelajaran dimulai selalu melakukan edukasi terkait pencegahan perkawinan usia anak terutama bagi siswa yang tidak menjadi target serial diskusi.sehingga kelas 9 pun dapat mengetahui mengenai pencegahan perkawinan usia anak.

Jika dikaitkan dengan fokus utama program pemerintah saat ini yaitu pencegahan stunting, maka edukasi sekolah dalam program serial diskusi ini sangat relevan dan sangat mendukung program pemerintah tersebut, Karena kita mengetahui dengan sangat jelas bahwa akar pemasalahan stunting yang terjadi atau penyebab stunting pada dasarnya adalah perkawinan yang terjadi di usia anak. Hal ini karena jika terjadi perkawinan usia anak, maka banyak sekali resiko yang menyertainya seperti organ reproduksi yang belum siap untuk perkembangan janin yang optimal sehingga bisa memicu gangguan kehamilan yang menyebabkan stunting sejak awal kandungan. Belum lagi kondiis fisik, dan psikis calaon ibu yang juga belum siap mengemban tugas dan tanggungjawab sebagai ibu, bahkan kesiapan secara ekonomi juga belum siap , yang juga berpengaruh pada asupan gizi dan nutrisi pada calon anak sejak dalam kandungan hingga setelah lahir. Sehingga tepat sekali edukasi perkawinan usia anak menjadi kunci penting dalam  perencanaan perkawinan  dan pencegahan stunting.

Sejalan dengan hal diatas BKKBN juga memiliki program yang disebut " Bangga Kencana" yang merupakan Program yang berfokus untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. Salah satu fokus dari program Bangga Kencana, yaitu penurunan stunting yang juga menjadi program strategis nasional yang ditetapkan oleh Presiden Republik Indonesia (RI).

Untu mendukung program pemerintah dalam  penangguangan stunting ini, maka sekolah juga berperan aktif dalam hal edukasi siswa melalui kegiatan pembiasaan baik di sekolah terutama kegiatan literasi pagi. Tidak hanya program serial diskusi, ada banyak kegiatan lain di sekolah yang juga mendukung program penanggulangan stunting, salah satunya yaitu kegiatan aksi bergizi di sekolah, dimana dalam program ini siswa dan warga sekolah akan melakukan sarapan bersama setiap rabu disertai minum tablet tambah darah bagi siswa serta kegiatan edukasi terkait nutrisi remaja.

Maka diharapkan dengan kegiatan edukasi ini maka seluruh warga sekolah pun bisa lebih  memahami dan peduli  mengenai permasalahan di lingkungan masyarakat  terutama masalah perkawinan usia anak untuk pencegahan stunting. Sejak serial diskusi dilakukan pun banya perubahan baik yang sudah dirasakan baik dari segi siswa maupun dari segi guru dan tenaga kependidikan. Perubahan baik itu antara lain  adalah kepedulian dan keterlibatan siswa dalam berbagai aksi kegiatan di sekolah, kepemimpinan siswa yang semakin meningkat, serta kasus perundungan yang semakin berkurang. 

Maka dari itu kegiatan kegiatan yang bermakna diatas hendaknya terus dilakukan dalam bentuk aksi yang lebih nyata lagi sehingga dapat terus terlibat dalam mendorong ekosistem sekolah yang lebih baik, lebih ramah anak dan mendukung well being siswa, menuju siswa yang bahagia yang bisa merencanakan masa depannya dengan lebih baik dan tidak menikah di usia anak. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline