Lihat ke Halaman Asli

Rahmawati

Pelajar

Ketidakberdayaan Manusia sebagai Pemikir Segalanya

Diperbarui: 3 Februari 2022   06:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Manusia dan kapasitas yang dimilikinya haruslah dapat memberikan kebermanfaatan bagi sesamanya. Seringnya kita sebagai manusia menjalani kehidupan dengan merasa memikul banyak beban. Setiap beban adalah masalah dan akan selalu ada disamping kehidupan yang kita jalani sebagai seorang makhluk yang berada dimuka bumi. Sudah seharusnya kita sebagai manusia membuat sebuah tindakan dari setiap pilihan yang ada dan menjadikannya teman dalam keseriusan untuk peduli pada masa depan.

Mungkin ada beberapa hal yang tidak seimbang baik pada pemikiran, hati dan harapan. Aku dan mungkin kita adalah orang-orang yang selalu memikirkan tanggapan orang lain terhadap diri kita, walaupun berkali-kali sering kita katakan bahwa jangan mempunyai pemikiran seperti itu, tapi masih saja diperbudak orang yang jelas-jelas tidak tahu menahu tentang hidup kita apalagi untuk menanggung beban diri kita, yang orang lain jelas-jelas tak mau.

Ada beberapa diantara kita yang bercita-cita ingin melakukan suatu perubahan, baik sebagai pemikir utama atau sebagai pekerjanya. Pada sisi inilah akan timbul manusia-manusia yang ingin mencapai kesuksesan. Kita bukanlah sekumpulan otak belaka yang selalu berekspetasi atas segala hal ketika ingin mencapai sebuah tujuan. Semuanya dipikirkan lebih dari batas kesadaran. Memikirkan segalanya tanpa melihat sedalam apa kemampuan kita ibarat memaksakan diri menjadi yang sempurna. Padahal dalam hal ini, kita membutuhkan kesadaran bahwa kita adalah insan dengan segala keterbatasan. Kunci dari kesuksesan adalah puing-puing kesadaran sebagai makhluk yang tidak sempurna berusaha untuk menyongsong kejayaan dalam menapaki setiap jalan yang lurus pada hakikatnya.

Kita sebagai generasi diabad ini, generasi yang seharusnya tidak menganggap dirinya intelektual tanpa adanya pemahaman dan pemantasan pada kata itu. Jangan terlalu memikirkan segalanya hanya untuk mewujudkan hal-hal yang kita inginkan. Tetaplah menjadi generasi yang bisa berkomitmen terhadap persoalan yang ada disekitar kita. Kita adalah makhluk tak berdaya, maka pada Tuhan lah tempat bergantungnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline