Dari "Ngamen" Hingga Menjadi Band Kebanggaan Anak Muda Metro
Ribuan mil perjalanan selalu dimulai dari satu langkah. Pandangan hidup itu jugalah yang diyakini oleh para personil Phyla Project, Tiara (Vokalis), Ferdy Andes (Drumer), Miftahul Huda (Gitaris) dan Igo (Additional Basis). Sebagai band indie lokal di Kota Metro, Phyla Project memulai karir bermusik dari bawah, dengan sabar dan tekun mereka 'ngamen' dari cafe ke cafe, undangan-undangan acara perpisahan dan grand opening.
"Phyla sebagaimana band-band baru pada umumnya, kami juga harus mengamen dari cafe ke cafe," kenang Tiara, vokalis Phyla Project menceritakan kisah awal perjalanan band mereka.
Dinamika semangat yang pasang-surut dan berselisih pendapat sebagai konsekuensi dari keragaman sebagaimana perjalanan band pada umumnya, juga menjadi bagian cerita yang mengiringi perjalanan Phyla Project.
Bermula dari grup musik Ceremony itulah beberapa personil Phyla Project ditempa dengan berbagai tantangan soliditas, bertahan hingga akhirnya bersepakat membentuk band baru dengan nama Phyla Project pada tanggal 6 bulan Juni 2016. Cerita-cerita tentang semangat yang pasang-surut, dedikasi dan komitmen yang akan selalu lekat dalam ingatan masing-masing personil band ini.
"Awalnya dari grup musik Ceremony, terdiri 4 personil hingga 5 personil. Kemudian satu-satu hilang dan tersisa 3 orang yang bertahan. Kemudian, 3 orang ini mencari gitaris, dan akhirnya Ceremony menjadi 4 orang personil lagi. Namun, terjadi pro-kontra persoalan penggunaaan nama Ceremony, dan akhirnya kita sepakati ganti nama menjadi Phyla Project. Kendala berikutnya, satu personil Phyla tak bisa lanjut, hingga tersisa 3 orang, yang hingga kini bertahan. Dan, sejak itu kita juga meneguhkan komitmen untuk terus berjalan, berkarya dan terus berkarya apapun hasilnya." tutur Tiara.
Menurut Tiara, memilih nama Phyla sebagai nama band mereka juga diawali dengan latar perjalanan dan dinamika yang cukup panjang, selain alasan filosofi nama Phyla yang terinspirasi dari nama latin semut (oecophylla) sebagai alasan mendasar, pola hidup dan filosofi semut yang senang bergotong-royong, silaturahim menjadi pola yang ingin diterapkan Phyla dalam bermusik.
"Kita berharap belajar dari filosofi semut yang selalu bekerjasama, bergotong royong, Phyla berharap bisa bekerjasama dan gotong royong untuk menghasilkan karya yang lebih baik, membangun karya yang bisa mendongkrak nama Kota Metro, layak untuk pentas dan tampil, sehingga bukan hanya band-band dari luar saja yang bisa tampil di Kota Metro, tetapi band-band dari Kota Metro juga bisa tampil di luar." Jelas Tiara
"Semut itu adalah binatang yang setiap kali bertemu berjabat tangan. Phyla juga ingin saat bertemu dengan teman-teman lain selalu bisa berjabat tangan, menjaga silaturahim, menjaga sikap dan attitude. Karena setinggi apapun ilmu, tapi tak bisa menjaga sikap dan attitude, yah percuma juga," sambung Huda.
Ketekukan dalam berkarir, sikap rendah hati, menjaga sikap dan attitude saat bergaul, membuat Phyla Project kini menjadi salah satu band kebanggaan anak-anak muda Kota Metro, bahkan mereka juga telah beberapa kali diundang pentas ke luar daerah.
"Awal mula ngamen di Bejos, dan alhamdulillahsedari awal Bejos juga bersedia menjadi basecamp, rumah kita di situ, berkarya di situ, dan al hamdulillah dari situ orang menjadi tahu kita, kemudian tertarik untuk mengundang kita. Dari situ juga kita akhirnya mendapatkan tawaran tour dengan mobil-mobil stage, diundang acara-acara perpisahan, acara-acara grand opening, hingga dikenal dan pentas di Soundsations Road to Soundrenaline 2017," ujar Huda.