Lihat ke Halaman Asli

Rahmatul Ummah As Saury

Penulis dan Editor Lepas. Nge-blog di www.ru-blog.com

Ketika Mimpi Digigit Ular

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Selasa pagi, seperti biasa sehabis subuh aku berangkat menemani istriku untuk mengajar di salah satu daerah pedalaman Lampung. Rutinitas itu telah kujalani hampir dua bulan terakhir ini, hitung-hitung mencari inspirasi dan refresing dari kepenatan Kota, sekaligus ikut merasakan bagaimana perjuangan istri selama lima tahun mengabdi di daerah terpencil, tanpa listrik dan sinyal hape.

Di tengah perjalanan, iseng aku bercerita tentang mimpiku semalam. Sebenarnya aku sangat jarang bermimpi, karena jarang tidur malam, dan entah kenapa dalam tidur yang singkat itu, aku bermimpi digigit ular. Ular, adalah binatang yang aku takuti dari seluruh binatang yang pernah aku tahu dan lihat di muka bumi ini, banyak kawan-kawan yang ku larang memosting foto ular di wall atau di profile akun media sosial miliknya, jika tetap ngeyel pasti aku blokir.

Trauma terhadap ular inilah sebenarnya yang menjadikan alasan kenapa aku teringat mimpi semalam dan akhirnya terdorong untuk bercerita kepada istriku. Di luar dugaan. istriku meresponnya dengan sangat serius.

"Serius mimpi digigit ular?" Istriku seolah tidak percaya dan berupaya kembali menegaskan tentang mimpiku.

"Serius! Bahkan dua kali gigitan di lengan kananku?" Jawabku heran, melihat raut wajahku yang seolah kaget.

"Bahaya! Itu artinya kamu akan menikah lagi!" Jawab istriku.

Tentu saja, jawaban itu menurutku tidak logis, bukankah ular adalah binatang yang paling aku takuti dan mimpi adalah bunga tidur, yang terkadang berkebalikan dari fakta. Mana mungkin aku mimpi digigit ular artinya aku akan menikah lagi. Bukankah itu menyenangkan bukan menakutkan? (aku berpikir ngawur).

Jawaban istriku tidak membuatku puas, akhirnya aku berusaha mencari informasi, dengan bertanya kepada beberapa orang dan jawabannya sama, aku akan menikah lagi! (wow!!!)

Sepanjang perjalanan yang ditempuh selama 4 jam lebih itu, tentu saja menjadi sangat tidak nyaman. Aku beberapa kali dicuekin dan tidak digubris, mungkin wajar, istriku menjadi sangat khawatir jika aku menikah lagi, dan aku yang tidak berpikir tentang kebenaran mimpi itu, biasa-biasa saja, aku hanya takut dengan bayang-bayang ular yang menggigitku itu.

Segera, sepulang dari daerah pedalaman tersebut (kami sempat menginap dua hari), aku segera membaca beberapa buku dan artikel tentang mimpi. Termasuk buku  "Tafsir Mimpi Menurut Islam” karya Imam Ibnu Sirin yang terkenal itu. Dari buku ini aku tahu bahwa pada prinsipnya mimpi yang baik itu bersumber dari beragam amal yang benar dan mengingatkan akan aneka akibat dari berbagai urusan. Ada kalanya mimpi seperti angin lalu, tetapi ada juga mimpi yang bisa saja menjadi kenyataan. Mimpi yang dialami seorang yang bertakwa bisa merupakan sesuatu yang bisa saja terjadi.

Membaca buku ini, bukannya berhasil menjadikan aku menemukan jawaban, tetapi malah menjadi tambah ragu, yang justeru awalnya tidak yakin dengan segala macam mimpi, karena penjelasan buku ini, bahwa ada kalanya mimpi menjadi angin lalu dan ada kalanya menjadi nyata, menjadikanku setengah percaya dan setengah tidak dengan mimpi, apalagi aku sendiri tidak memahami karakteristik orang yang bertaqwa yang dimaksud dalam buku ini, apakah aku ada di level bertaqwa atau tidak?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline