Lihat ke Halaman Asli

Pentingnya Pendidikan Moral dalam Keluarga

Diperbarui: 6 Juli 2018   16:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

M. rahmat syuradi 

mahasiswa PAI  UNISNU jepara 

Tawuran antar pelajar kini semakin menjadi trend bangsa indonesia. Terbukti di berbagai daerah-daerah di indonesia semakin marak kasus tawuran antar pemuda terpelajar. Berita tawuran antar pelajar sering kita jumpai di media cetak maupun elektronik.

Masih segar di ingatan kita beberapa bulan kebelakang yang menjadi sorotan masyarakat, kasus tawuran antar pelajar SMAN 6 dan SMAN 70 di daerah jakarta yang memakan korban jiwa. Sehingga membuat pendidikan di indonesia ini tercoreng dimata dunia.

Tawuran antar pelajar menjadi marak dengan munculnya geng-geng kelompok remaja. Jika timbul suatu gesekan antar individu, akan memicu pertikaian kelompok dan tak ayal akan menimbulkan dendam antar kelompok. Hal tersebut yang sering kali menjadi faktor dari pemicu konflik yang lebih besar antar kelompok pelajar.

Kasus seperti ini disebabkan karena remaja mengalami perkembangan emosi yang masih labil. Mereka tengah dalam pencarian jati diri, berinteraksi dengan lingkungan sekitar, dan menginternalisasi peraturan serta norma-norma yang berlaku sebagai proses menuju kedewasaan. Apabila dalam proses perkembangan tersebut tidak berjalan dengan seimbang, maka akan terjadi ketimpangan pada emosi. Ketimpangan tersebut mengakibatkan emosi menjadi tidak terkontrol dan cenderung menimbulkan tindakan anarkis.

Dalam kondisi seperti ini, keluarga memiliki peran yang signifikan dalam memberi pengarahan. Pola pendidikan yang diterapkan akan sangat mengarahkan emosi remaja. Namun, tidak semua keluarga mampu menjalin relasi yang baik dengan anak-anaknya. keluarga harus bisa menjadi tempat penopang pendidikan moral terhadap anak karna keluarga . peran yang paling fital bagi terbentuk nya karater anak.

Ironisnya lagi, apabila seorang remaja memiliki keluarga yang tidak utuh akibat broken home, remaja akan lebih merasa tidak dianggap, berprilaku nakal untuk mencari perhatian dari lingkungan sekitarnya, dan mengalami depresi karena tidak mendapatkan pendidikan yang dari keluarganya. 

Mereka akan cenderung meniru apa yang sering dilihatnya, sebab dalam perkembangan moral, anak akan belajar memahami tentang prilaku mana yang baik, yang boleh dikerjakan dan tingkah laku mana yang buruk, yang tidak boleh dikerjakan. Namun, apabila dalam proses tersebut tidak mendapat pengarahan yang cukup dari orang tua, remaja sulit dalam memfilter dari apa yang mereka peroleh.

Dalam pendapat yang dikemukakan oleh Hurlock bahwa hubungan antar kedua orang tua yang kurang harmonis, terabaikannya kebutuhan remaja akan menampakan emosi marah. Jadi, peran keluarga sangat berpengaruh pada perkembangan emosi remaja dalam pencarian jati diri mencegah dan mengurangi semakin maraknya aksi tawuran yang dilakukan oleh pelajar. Salah satu solusinya adalah melalui pendidikan moral dalam keluarga.

Pentingnya pendidikan moral dalam ruang lingkup keluarga merupakan faktor yang penting dalam perkembangan emosi remaja. Pola mendidik yang dilakukan oleh orang tua seharusnya tidak mendikte anak, tetapi memberi keteladanan. Tidak mengekang anak dalam melakukan hal yang positif, menghindari kekerasan dalam rumah tangga sehingga tercipta suasana rumah yang aman dan nyaman. Serta menanamkan dasar-dasar agama pada proses pendidikan. Karena, dengan menerapkan nilai-nilai keagamaan dapat membentengi anak dari pengaruh buruk apapun dan dari manapun. Bagaimanapun pendidikan anak adalah tanggungjawab keluarga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline