Lihat ke Halaman Asli

Rahmat Setiadi

Karyawan swasta yang suka nulis dan nonton film

Sekilas Bisikan

Diperbarui: 7 Januari 2023   08:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto dari asset suara.com

Mungkin Cuma sekadar joke belaka ketika di sebuah film salah satu tokohnya mengatakan bahwa "wanita itu bukan untuk disakiti" yang membuat tokoh lainnya diam sejenak lalu disusul dengan manggut-manggut dan tawa pecah saat tokoh itu melanjutkan kata-katanya," melainkan untuk dipermainkan".  Atau pada adegan film di lain judul yang mengatakan bahwa "tidak ada wanita yang jelek, yang banyak adalah wanita yang tidak pintar menunjukkan kecantikannya."

Banyak sekali ungkapan yang ditujukan kepada wanita yang membuat tidak hanya pria bahkan wanita manggut-manggut dan disusul dengan senyuman atau tawa yang miris didengar oleh siapapun. Hal itu jelas bukan sanjungan pada sebuah kecantikan, sebuah konteks yang harus diluruskan pengertiannya. Penggunaan kalimat yang perlu pemilihan kata untuk bisa menentukan konteks yang dimaksudkan dalam suatu kalimat sanjungan.

 

Andai saja tidak diberi keterangan kalimat selanjutnya ( tawa ) bisa jadi ungkapan itu ambigu, namun secara jelas penambahan kalimat keterangan tertawa, menertawakan, menunjukkan konteks pandangan yang tidak semakna dengan konteks kecantikan secara positif. Berbeda dengan situasi tersebut di atas, konteks cantik pada wanita sudah menjadi hal yang menarik sejak dahulu, sejak zaman purba mungkin. Ya, cantik identik dengan istilah yang disematkan pada wanita pilihan.

Jika pada lelaki dikatakan bahwa ia akan tergoda oleh harta, tahta dan wanita, wanita sepertinya memiliki jargon tersendiri. Kita tidak asing dengan cerita Cleopatra, Ratu Bilqis, sampai pada artis dan model internasional yang mampu mengguncang dunia dengan karakter kewanitaannya. Sepertinya tidak cukup hanya cantik pada wanita, ada level tinggi selanjutnya untuk sejajar dengan pria dalam pandangan derajat secara akal ( merancang rencana dan pekerjaan ).

Akhir-akhir ini Najwa Shihab menjadi ikon wanita Indonesia yang memiliki derajat lebih dari pada cantik. Dia cerdas, anggun, berwawasan luas, berpendidikan tinggi, dari keluarga terhormat, bahkan elegan. Pengaruhnya begitu besar hingga ia bisa diterima oleh dua pihak yang saling berlawanan. Ia bisa masuk ke kubu pro dan kubu kontra dalam suatu keadaan dengan netralitas yang diakui kedua kubu. Yah! Najwa Shihab menjadi salah satu wanita hebat yang turut mewarnai kiprah kaum perempuan di negeri kita ini.

Yang cantik banyak, tapi yang seperti Najwa tidak ada, karena cuma satu Najwa Shihab. Bisa jadi akan tersebut nama Ibu Marsudirini Menteri Luar negeri, atau yang lebih muda Prilly Latuconsina, atau Halimah Alaydrus, OKI Setyana, atau perempuan Indonesia terkenal lainnya yang memiliki predikat lebih dari sekedar cantik. 

Najwa berarti bisik-bisik, berbicara pelan untuk menjaga kerahasian. Lantang berbisik berarti lugas, mudah dipahami dan tidak bertele-tele. Bukan penggoda, tapi memang mengandung daya magnet-goda ( pen ), seperti sensualitas inner beauty karena kekaguman. 

Mereka-mereka itu begitu lancar dalam menyampaikan banyak hal, selayaknya para ahli. Perkataan mereka sulit terbantahkan, bukan semata dipandang sebagai wanita pada umumnya yang dikenal dengan jargon menonjolkan penampilan, fisikly plus aksesori, atau secondary of life.

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline