Seorang Teman yang usianya lebih matang, meminta saya untuk menulis tentang ikhlas. Berikut ini jawaban saya kepada beliau.
Dalam banyak literatur atau tulisan yang mengungkapkan istilah ikhlas dalam kata maupun perbuatannya sangat banyak arti, makna yang didapatkan. Namun tetap terasa kurang memuaskan, hingga masih menjadi topik yang terus perlu diperhatikan.
Ikhlas adalah kata yang mudah diucap, sulit dilaksanakan. Sementara artinya yang banyak disepakati mengandung makna "tidak tercampur", jernih dan lain sebagainya. Dari pengertian umum ini timbul pengertian yang beragam menurut pemahaman dari orang-orang dalam menafsirkannya.
Ada yang berdalih, "Jalani saja tanpa ngeluh", mungkin, gak?
Ada yang bilang, " Seperti tangan kiri yang tidak mengetahui amal mitranya. Masa, sih?
Bahkan ada yang asal jeplak, "Anggap saja seperti buang air/kotoran", apa iya ikhlas disandingkan dengan perumpamaan seperti itu? Apa ikhlas seperti membuang penyakit, atau hal yang tidak kita butuhkan?
Menjawab tantangan ini sepertinya membawa saya untuk berpikir balik, mungkin ini dimaksudkan agar saya yang harus ikhlas atas sesuatu yang dimaksudkan Pakdhe. Jika begini adanya saya gak tahu sampai beliau memberi tahu maksudnya.
Di atas sudah tertulis, sebagaimana kita ketahui bahwa kata ikhlas begitu mudah diucap namun sulit dilakukan. Mmhh... terbersit sekilas, ikhlas hanya bisa ada, hadir, dan benar-benar sebuah perbuatan yang memiliki suatu kondisi tertentu yang teramat kecil kemungkinannya.
Kita gampang bilang ikhlas saat senang, saat ada kelebihan, ketika punya kesempatan untuk menolong, berkorban, dan kesempatan itu bisa kita manfaatkan. Coba kita balik ...