Lihat ke Halaman Asli

Anies dan Erick Thohir Legitimasi Mitos Presiden Harus Orang Jawa

Diperbarui: 20 Juli 2020   14:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

megapolitan.kompas.com

Presiden Indonesia harus orang Jawa? Banyak yang berpendapat mengiyakan pertanyaan itu, meskipun sebagian juga menilai frasa "Presiden Harus Orang Jawa" hanya mitos belaka.

Untuk melihat sejauh mana frasa itu dipercaya rakyat Indonesia, termasuk elite politiknya, maka pernyataan dua tokoh nasional yakni Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Menteri BUMN Erick Thohir sangat relevan dianalisa untuk menarik kesimpulan, atau setidaknya benang merah bahwa faktor "Orang Jawa" memang masih menjadi pertimbangan dalam melihat kecil besarnya seorang tokoh untuk digadang atau diwacanakan sebagai calon presiden di masa mendatang.

Misal Pernyataan Anies saat ditanya Gus Miftah yang telah ramai diperbincangkan di sosial media:

"Saya hari ini bersama Mas Anies. Njenengan iki Arab apa Jawa sih mas?" tanya Gus Miftah.

"Wong Yogjo, senengane gudeg" jawab Anies.

Banyak yang menganalisa pernyataan Anies itu untuk legitimasi bahwa dirinya adalah Orang Jawa sehingga ketika nanti digadang atau diwacanakan menjadi capres tidak diperdebatkan lagis asal usul ras-nya.

Lalu, kita juga bisa menyimak pernyataan Erick Thohir ketika menanggapi adanya wacana bahwa dirinya masuk salah satu capres potensial di 2024. Erick menjawab dirinya bukanlah "Orang Jawa", sebuah jawaban diplomatis yang seolah ikut melegitimasi bahwa capres haruslah "Orang Jawa".

Kalau Anies dan Erick saja, yang merupakan elite dari bangsa ini punya kecenderungan mempercayai mitos Presiden Indonesia Harus Orang Jawa, maka bisa dipastikan bahwa capres ke depan yang peluangnya besar adalah mereka yang bisa merepresentasikan sosok sebagai Orang Jawa.

Mitso itu bukan saja didasari pada fakta bahwa mayoritas pemilih adalah dari Pula Jawa, tetapi juga banyak mitos-mitos yang menyertainya. Seperti halnya sosok Bung Karno dan Pak Jokowi yang dianggap wujud pemimpin Raja Jawa. Juga Pak Harto dan SBY yang juga dianggap merepresentasikan tokoh Orang Jawa dari kalangan militer.

Jika kita mengacu pada nilai demokrasi, memang mitos itu masuk pada wilayah yang bisa dikategorikan "Politik Identitas" yang tentu tak sehat karena seolah membatasi hak dari Luar Jawa untuk bisa memimpin bangsa ini. Tapi nyatanya, sekelas Anies dan Erick saja sepertinya telah melegitimasi mitos itu. Lalu, bagaimana dengan kita semua? Percaya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline