Lihat ke Halaman Asli

rahmat ridho

freelancer

Meningkatnya Kerugian dan Kerusakan: Mengungkap Perjuangan Finansial untuk Keadilan Iklim

Diperbarui: 18 Juli 2024   09:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: ANTARAFOTO/Adiwinata Solihin (detik.com) 

Perubahan iklim, yang dulunya merupakan ancaman yang jauh, kini telah menjadi kenyataan yang nyata. Kita dihadapkan setiap hari dengan berita tentang mencairnya gletser, kebakaran hutan yang hebat, dan banjir yang dahsyat. Sementara masyarakat global bergulat dengan strategi untuk mengurangi pemanasan di masa mendatang dan beradaptasi dengan perubahan yang ada, konsekuensi krisis ini yang sering kali terabaikan menuntut perhatian: kerugian dan kerusakan . Artikel ini menyelidiki dunia rumit dari kerugian dan kerusakan yang disebabkan oleh iklim, dengan fokus khusus pada perjuangan finansial untuk mendapatkan keadilan yang dihadapi oleh negara-negara yang rentan.

Melampaui Mitigasi dan Adaptasi: Ranah Kerugian dan Kerusakan

Mitigasi, pengurangan emisi gas rumah kaca, dan adaptasi, penyesuaian terhadap dampak iklim yang ada dan yang diantisipasi, membentuk dua pilar aksi iklim internasional. Namun, seiring upaya global untuk mengatasi pilar-pilar ini secara efektif goyah, realitas dampak iklim yang tidak dapat dihindari menjadi semakin jelas. Di sinilah konsep "kerugian dan kerusakan" muncul, yang mencakup kerusakan yang tidak dapat dipulihkan dan biaya yang dapat diukur yang ditimbulkan oleh perubahan iklim yang melampaui kapasitas adaptasi.

Bayangkan sebuah negara kepulauan kecil yang perlahan menghilang akibat naiknya permukaan air laut. Ini bukanlah tantangan yang dapat dipecahkan hanya melalui langkah-langkah adaptasi seperti membangun tanggul laut. Ini merupakan hilangnya wilayah, budaya, dan identitas secara permanen, konsekuensi tragis yang berada di luar jangkauan adaptasi. Skenario ini menggambarkan kenyataan pahit tentang kehilangan dan kerusakan.

Wajah Ketidakadilan dalam Bidang Finansial: Kisah Dua Dunia

Beban finansial atas kerugian dan kerusakan jatuh secara tidak proporsional pada negara-negara berkembang. Ironisnya, negara-negara ini adalah yang paling tidak bertanggung jawab atas emisi gas rumah kaca historis dan memiliki kapasitas finansial paling sedikit untuk mengatasi dampak yang menghancurkan. Ketimpangan yang mencolok ini merupakan inti dari perjuangan untuk keadilan iklim dalam ranah kerugian dan kerusakan.

Pertimbangkan kontras yang mencolok: negara-negara industri, dengan tanggung jawab historis mereka terhadap krisis iklim dan sumber daya ekonomi yang besar, sangat bertentangan dengan negara-negara berkembang yang rentan menghadapi dampak iklim dengan keterbatasan sumber daya keuangan. Kesenjangan yang mencolok ini menggarisbawahi kebutuhan mendesak akan mekanisme keuangan yang mengatasi ketidakadilan historis yang tertanam dalam krisis iklim.

Menavigasi Perairan Keruh Definisi dan Mekanisme

Jalan menuju penanganan kerugian dan kerusakan, khususnya aspek finansialnya, penuh dengan kerumitan dan ketidaksepakatan. Bahkan definisi "kerugian dan kerusakan" itu sendiri masih menjadi bahan perdebatan. Sementara Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) membedakan antara konsep yang lebih luas tentang "kerugian dan kerusakan" yang mencakup dampak yang diamati dan diproyeksikan dan istilah bermuatan politis "Kerugian dan Kerusakan" yang merujuk pada negosiasi UNFCCC, kurangnya definisi yang diterima secara universal menciptakan ambiguitas dan menghambat kemajuan.

Kompleksitasnya semakin bertambah karena adanya berbagai jenis kerugian dan kerusakan. Kerugian ekonomi, yang mencakup dampak terukur pada infrastruktur, pertanian, dan properti, sering kali lebih mudah dinilai dan ditangani melalui mekanisme keuangan. Namun, kerugian nonekonomi, yang mencakup kehancuran warisan budaya yang tak terukur, hilangnya nyawa, dan pengungsian, menimbulkan tantangan signifikan untuk kuantifikasi dan kompensasi finansial.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline