Begitulah inti pengarahan Tedi Ixdiana selaku kepala sekolah saat memberikan materi pengenalan kepada siswa Sekolah Panjat Tebing Merah Putih Angkatan 71. Sekolah dan pelatihan khusus mengenai pengenalan panjat tebing yang di selenggarakan hari jumat hingga minggu (22 - 24 July 2016) kemarin bertempat di Tebing Citatah 125, Padalarang.
Menariknya, pelatihan yang diiikuti oleh 65 orang terdiri dari berbagai daerah. Selain Jakarta dan Bandung, peserta juga berasal dari Jogjakarta, Sukabumi, Pekanbaru hingga Palembang. Antusias peserta untuk mengenal salah satu jenis petualangan ekstrim itu sangat tinggi. Terlihat dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan ataupun semangat pantang menyerah untuk menggali ilmu panjat tebing tak surut meskipun dalam siraman hujan kerap mengguyur.
Berbagai materi dibawakan oleh instruktur berpengalaman yang dikomandani Tedi Ixdiana. Mulai dari materi dasar semisal mengenai pengenalan alat, jenis-jenis panjat tebing hingga ke teknis dasar pemanjatan. Top Rope and Leading Climbing, Ascending and Descending, Single Rope Technique (SRT) dan Topping Out at the Anchor adalah sebagian materi yang di ajarkan baik di kelas maupun praktek langsung di lapangan. Ditambah lagi, peserta juga dibekali dengan ilmu penyelamatan diri di ketinggian atau lebih dikenal dengan istilah Vertical Rescue (VR).
Tak dapat dipungkiri bahwa animo masyarakat khususnya generasi muda ke dunia petualangan dan traveling beberapa tahun belakangan ini sedang jadi trend. Tentunya tak lepas dari peran sosial media dan media massa. Pesona panorama dan keindahan alam yang berseliweran di televisi serta sosmed laksana obat bius yang menghipnotis setiap orang untuk selalu ber-petualang dengan hasil foto-foto yang indah. Tak ada yang salah, itu hak setiap orang selama mereka bisa melakukannya.
Namun sayangnya, tak semua orang menyadari bahwa foto-foto menarik dan (terlihat) heroik di sosmed dan media massa tak hanya membutuhkan dana , kesempatan dan keberuntungan. Beberapa petualangan membutuhkan keahlian, setidaknya pengetahuan dan pengenalan dasar. Hal itulah yang dilakukan oleh Sekolah Panjat Tebing Merah Putih untuk memberikan pengetahuan dan pengenalan dasar panjat tebing. Khususnya bagi peminat akitifitas yang bisa memacu dan memicu adrenalin ini.
Sekolah yang sudah digelar di berbagai daerah di Indonesia ini juga dimaksudkan untuk mewujudkan obsesi Gerakan 1 juta Pemanjat Tebing untuk Indonesia. Seperti di jelaskan Kang Tedi, “ Yang penting di sini bukan mengenai angka 1 juta-nya secara matematika, yang lebih penting adalah bagaimana memasyarakatkan panjat tebing ke masyarakat Indonesia”. Ditambahkan pula bahwa selama ini panjat tebing hanya dikenal sebagai aktifitas untuk para petualang atau pencinta alam. Padahal sebenarnya konsep panjat tebing jauh lebih luas. Panjat Tebing tak mengenal batasan usia atau kalangan. Aktifitas ini terbuka bagi siapa saja yang memiliki ‘passion’ untuk mendalaminya dan bukan sekedar ingin mendapatkan foto ‘alay’ untuk di upload di sosmed. Aktifitas ini membutuhkan pengetahuan dan keahlian agar bisa melakukannya dengan aman, nyaman dan tentunya fun. Faktor Semangat dan keselamatan adalah harga mati yang tak dapat di tawar.
Sukses terus untuk Sekolah Panjat Tebing Merah Putih, mari terus kobarkan semangat untuk berbuat sesuatu demi Merah Putih dan Indonesia. Salam Ekspedisi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H