Lihat ke Halaman Asli

Rahmat Hadi

TERVERIFIKASI

Ada Tangis Pergantian Tahun di Mekkah

Diperbarui: 3 Januari 2016   15:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kota suci Mekkah di banjiri lautan manusia di malam pergantian tahun 2016 kemarin. Jutaan orang berbagai suku bangsa tumpah ruah memadati 'perhelatan akbar' yang berpusat di Masjidil Haram.

Rombongan manusia beragam warna kulit, mata dan rambut mulai bergerak menuju masjid sejak jam 5 sore. Beberapa ruas jalan dan akses sudah ditutup sejak usai Shalat Azhar. Tampaknya pihak pengurus mesjid sudah mengantisipasi konvoi lautan manusia yang  akan 'berpesta' di malam tahun baru.

Kemacetan semakin terasa Menjelang maghrib. Penutupan beberapa akses semakin membuat suasana menjadi heboh. Teriakan "Hajjii" dan "Hajjaa" terdengar dari mulut para askar kepada beberapa jemaah yang 'ngotot' melintasi akses yang sudah di blokade.

Jemaah yang akan masuk ke Masjidil Haram terus mengalir. Ada yang  berpakaian ihram putih-putih pertanda mereka akan melakukan umrah, ada yang berbaju gamis atau pakaian biasa. Jumlah mereka mencapai angka jutaan. Ironisnya, saat ini sebagian area masjid saat ini sedang mengalami perombakan dan perluasan. Tentunya hal ini ikut menjadi penyebab terbatasnya ruang ibadah.

Usai Shalat Isya, konvoi lautan manusia kembali berputar melakukan Tawaf mengelilingi Ka'bah/Baitullah. Kalimat Talbiyah Labbaikallahumma Labbaik (aku datang memenuhi undangan-Mu) senantiasa bergema. Para jemaah yang sedang tawaf sedang mengagungkan Allah pencilta semesta. Seperti tak ada lagi jarak terbentang antara manusia Sang Mahluk dan Allah SWT Sang Khalik.

Sementara yang lainnya asyik berkonvoi sambil bertawaf, sebagian lainnya melakukan shalat yang pahalanya setara 100 ribu kali pahala shalat di masjid lain. Beberapa jemaah terlihat berdoa sambil menatap Ka'bah. Sesekali terdengar isak tangis tertahan di antara untaian doanya. Mungkin dia sedang melakukan refleksi tahun 2015 sambil mengingat apa yang sudah dia lakukan. 

Usai bertawaf dan berdoa, aku melangkah ke luar masjid. Waktu menunjukkan pukul 23.30 waktu setempat. Situasi di luar masjid sedikit berbeda. Selain shalat dan berdoa, beberapa jemaah nampak berkumpul bersama keluarga sambil bersantai di atas lantai marmer yang dingin. Ditengah-tengah mereka tampak berbagai hidangan seperti nasi biryani, kurma hingga susu. Tampaknya mereka sedang 'berpesta' sambil menikmati hidangan malam tahun baru. Sesekali terdengar derai tawa canda mereka.

Tak ada kembang api, terompet atau suara klakson mobil saat angka jarum jam Menara Jam Zam Zam menunjukkan angka 00.00. Bahkan mereka melihat ke arah menara jam pun tidak. Sepertinya tak seorang pun yang peduli dengan malam pergantian tahun. Semuanya tetap berjalan normal. Mendekatkan diri ke Sang Maha Pencipta jauh lebih berharga buat seluruh jemaah maupun penduduk Kota Mekkah.

Usai pergantian tahun, aku bergegas meninggalkan halaman masjid. Aku masih punya agenda khusus untuk 'merayakan' pergantian tahun. Di malam dimana sebagian orang berkumpul dan berpesta, aku memilih menyepi seorang diri di salah satu tempat bersejarah bagi Umat Islam, Gua Hira di Puncak Jabal (gunung) Nur.  Nantikan ceritanya...

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline