Lihat ke Halaman Asli

Rahmat Hadi

TERVERIFIKASI

Menjelajah Joglo Semar Berdua Ibu

Diperbarui: 18 Desember 2015   08:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah baca artikel Aku Ajak Ibu Berkeliling Istana Bogor? Tulisan dalam rangka menyambut hari ibu ini masih akan berkisah tentang petualangan yang aku lakukan berdua Mama. Kali ini kami berdua akan menempuh jarak ribuan Kilometer menyusuri Kota Jogjakarta, Solo dan Semarang lewat jalur darat dari Jakarta.

Setelah semua  perlengkapan masuk ke bagasi  mobil, kami mulai meninggalkan Cibubur, daerah tempat tinggal kami. Mendung menggantung menghiasi langit Jakarta pagi itu. Diawali menyusuri jalan tol Jagorawi lalu keluar Jalan Toll Jakarta Outer Ring Road (JORR), kemacetan panjang khas Ibukota langsung menyambut. Kami akan mengambil jalur Cikampek lalu masuk ke jalan Toll Cipali. Mama yang duduk disampingku terlihat excited. Ini kali pertama beliau akan mengunjungi 3 kota yang akan menjadi tujuan kami. Sebenarnya sudah lama mama ingin ke Jogja namun karena kesibukan pekerjaan aku belum sempat mewujudkan keinginan beliau. Akhirnya aku bela-belain mengambil cuti beberapa hari untuk mengunjungi Kota Gudeg, sekalian mengunjungi kota-kota di sekitarnya, Solo dan Semarang.

Kota demi kota terlewati mulai dari Indramayu, Brebes, Tegal, hingga Pekalongan. Sesekali aku bertanya apakah mama capek dan ingin mampir istirahat. Namun mama selalu menjawab, “Ndak, Mama ndak apa-apa”.  Biasalah ya orang tua, terkadang menyembunyikan rasa yang sebenarnya karena tidak ingin menyusahkan anaknya.

Menjelang dhuhur kami mampir di salah satu masjid di daerah Pekalongan. Selain untuk shalat dhuhur, aku juga ingin memberikan kesempatan buat Mama beristirahat sejenak. Usai shalat, kami membuka bekal makan siang yang kami bawa di halaman masjid. Perjalanan kembali di lanjutkan setelahnya.

Mama terlihat mulai mengantuk. Aku menepikan mobil dan membaringkan kursi agar beliau bisa tidur. Mobil pun aku jalankan perlahan agar tak mengganggu tidur beliau. Ini salah satu hal yang harus diperhatikan jika traveling bersama orang tua apalagi di usia menjelang 80 tahun seperti mama. Mereka gampang lelah dan butuh istirahat. Untungnya semua keperluan beliau sudah aku siapkan di bagasi mobil.

Menjelang senja, kami tiba di Semarang dan langsung menuju hotel yang sudah aku booking secara online di kawasan Simpang Lima. Sebuah Hotel Apartemen yang memiliki pantry. Hal itu sengaja aku pilih untuk mengantisipasi andai mama tetap ingin memasak makanan yang beliau sukai. Tak ada agenda kami malam itu. Sebenarnya aku ingin membawa Mama melihat-lihat kota Semarang di malam hari namun melihat kondisi beliau yang sudah kelelahan, lebih baik membiarkan beliau istirahat.

Setiba di hotel, aku mengatur sebuah makan malam di roof top hotel tempat kami menginap yang terletak di lantai 20. Sengaja tempat itu aku pilih agar kami tak perlu keluar hotel untuk makan malam. Usai shalat isya, aku mengajak mama ke restoran di roof top dan melewatkan makan malam di sana. Pemandangan malam kota Semarang dari ketinggian membuat mama terkagum-kagum. Kami melewatkan waktu dengan mengobrol banyak hal. "Ahhhh…indahnya malam itu…"

Pagi hari, kami dijemput Bagas, salah seorang rekan yang dulu pernah umroh bareng. Bagas bermukim di Semarang. Bagas sudah menganggap mama seperti mamanya sendiri. Saat umroh dia ikut membantuku mengurus mama. Kami sudah seperti keluarga sendiri.  Bagas membawa kami sarapan di sebuah warung yang menjual makanan khas semarang. Apalagi kalau bukan lumpia dan bandeng presto. Kami bertiga makan dengan lahapnya.

Usai sarapan, bagas membawa kami berjalan-jalan menuju Masjid Agung Jawa Tengah.  Masjid bergaya Jawa dan Romawi itu adalah salah satu kebanggan Kota Semarang dan Jawa Tengah. Masjid yang di resmikan tahun tahun 2006 oleh presiden SBY itu sangat unik. Bangunan utama masjid yang memiliki atap limas joglo khas jawa dengan kubah besar.Terdapat  4 buah menara yang sepintas mirip menara yang ada di Masjid Nabawi, demikian dengan payung yang terlipat, sama persis dengan payung yang ada di Kota Rasul itu. Yang unik adalah terdapatnya pilar-pilar yang mengelilingi halaman depan masjid yang mirip bangunan koloseum Romawi berhias kaligrafi. Sangat indah…

Kami berfoto di halaman masjid sambil bernostalgia dengan Bagas tanpa terasa  panas matahari mulai menyengat. Aku mengajak mama dan Bagas untuk beranjak agar mama tidak kepanasan. Kami lalu menuju ke area parkir mobil dan bergerak ke landmark kota Semarang, Lawang Sewu. Setelah membelah kemacetan Kota Lumpia itu, kami tiba di depan Lawang Sewu. Sayang sekali saat itu sedang ada event dan kami tak diizinkan untuk masuk ke dalam kecuali tamu undangan. Tak mengapa karena matahari mulai bersinar terik. Aku tetap menjaga agar mama tidak terlalu kelelahan akibat panas terik. Kami hanya berfoto di depannya dan meminta Bagas untuk kembali ke Hotel. Kami akan mengambil mobil dan akan segera bergerak menuju destinasi berikutnya, Kota Solo.

Kami kembali menyusuri jalan raya Kota Semarang menuju jalan tol Bawen untuk selanjutnya menuju ke Solo melewati Kota Salatiga. Mama terlihat segar dan kembali excited melihat pemandangan di kiri kanan jalan tol sembari asyik mendengarkan lagu-lagu india kesukaan beliau. Hanya membutuhkan waktu kurang dari 2 jam saat kami mulai memasuki Kota Solo. Hujan rintik-rintik menyambut kedatangan kami di kota asal Pak Jokowi itu. Aku mampir sejenak di salah satu masjid untuk shalat jumat. Mama menunggu di mobil dan akan shalat setelah Jemaah shalat jumat keluar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline