Lihat ke Halaman Asli

Rahmat Hadi

TERVERIFIKASI

Rasa Damai di Mesjid Nabawi Madinah yang Indah

Diperbarui: 18 Juni 2015   01:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14098903471766220446

[caption id="attachment_322454" align="aligncenter" width="640" caption="(Doc.Pribadi) Mesjid Nabawi di pagi hari"][/caption]

Semalam aku sempat menonton sebuah program bincang-bincang di sebuah stasiun TV swasta yang sedang membahas topic mengenai rencana pemerintah Saudi Arabia untuk memindahkan makam Rasulullah Muhammad SAW dari dalam Mesjid Nabawi  di Madinah. Pagi ini aku juga mencoba menelusuri beberapa berita di internet dan sejak beberapa hari terakhir ini hal itu sepertinya sedang menjadi tajuk atau topic pembahasan utama di beberapa media . Namun di sini aku tidak akan membahas keabsahan atau kevalidan berita itu walaupun aku sangat berharap agar berita itu tidak benar. Aku hanya akan menceritakan pengalaman dan perasaanku saat berkunjung ke sana beberapa waktu lalu.

[caption id="attachment_322455" align="aligncenter" width="595" caption="(Doc.Pribadi) Aku di Airport Medinah"]

14098904011933279738

[/caption]

Ada rasa yang berbeda saat pertama kali aku dan rombongan mendarat di Bandara Prince Mohammad Bin Abdulaziz International Airport di Madinah dengan pesawat Saudi Arabia Airlines yang membawaku dari Jordania setelah mengunjungi Masjid Al Aqsha di Jerussalem. Kota Medinah terletak 490 km dari Mekkah.  Selain lewat udara, kota yang awalnya bernama Yastrib ini juga bisa ditempuh dengan perjalanan darat selama 6-7 jam, seperti yang rata-rata Jemaah haji dan umroh lakukan. Hanya karena kunjungan aku dan rombongan dalam rangka umroh dengan menggunakan visa transit, kami harus menggunakan pesawat meninggalkan Mekkah setelah transit  3 hari untuk terbang ke Jordania lalu setelah dari Jerussalem via Jordania, kami terbang kembali ke Medinah untuk transit selama 3 hari sebelum pulang ke tanah air. Saat-saat  transit di Mekkah dan Medinah itulah yang kami manfaatkan untuk umroh dan berziarah ke Mesjid Nabawi.

[caption id="attachment_322456" align="aligncenter" width="640" caption="(Doc.Pribadi) Salah Satu Sudut Kota Madinah"]

1409890657701648735

[/caption]

Memasuki kota Madinah entah kenapa  tiba-tiba aku merinding membayangkan kota ini pernah menjadi saksi sejarah yang sangat penting dalam menegakkan agama yang aku anut. Kota indah dimana kehijauan pohon-pohon kurma berpadu dengan gersangnya bukit-bukit khas padang pasir serta bangunan-bangunan modern.  Kota yang saat ini  sudah berbeda saat pertama kali menjadi tempat hijrahnya Rasulullah Muhammad SAW dari tanah kelahiran Beliau di Mekkah. Ada rasa damai dan sejuk saat pertama kali menginjakkan kaki di negeri yang  sekaligus menjadi tempat beristirahat terakhir Rasulullah SAW.

[caption id="attachment_322457" align="aligncenter" width="640" caption="(Doc.Pribadi)Pintu Mesjid Nabawi"]

14098908352145294713

[/caption]

Sesaat setelah check in di Hotel Al Salaam yang terletak pas di depan Mesjid Nabawi, kami segera bergegas mengambil air wudhu dan ingin segera menuju ke Mesjid Nabawi untuk shalat pertama. Dengan bergegas , kami bersama-sama Jemaah lain yang juga sedang menuju ke sana untuk melaksanakan shalat Azhar. Setelah melewati pelataran yang sangat luas, kami tiba di depan pintu King Fath yang merupakan pintu utama. Saat aku sudah menyimpan sandal di rak yang disediakan dan untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di atas karpet tebal di dalam masjid, aku merasakan lututku gemetar  dan dengan serta merta aku melakukan sujud syukur. Inilah masjid Nabawi, masjid dimana Rasulullah SAW turun tangan langsung dalam membangunnya, masjid yang sekaligus menjadi rumah beliau hingga menghadap Allah SWT.  Saat itu aku belum melihat makam Rasul yang memang letaknya cukup jauh berada di dekat mimbar. Ini aku baru masuk namun bayangan mengenai perjuangan Beliau serta sahabat-sahabat dan seluruh umat muslim di zamannya. Bayangan itu saja sudah cukup untuk membuatku berurai air mata. Jemaah sudah banyak hingga aku hanya bisa melakukan shalat Ashar di tengah-tengah masjid.

[caption id="attachment_322458" align="aligncenter" width="640" caption="(Doc.Pribadi) Pintu Makam Rasulullah SAW"]

1409890884256567937

[/caption]

Sesaat setelah shalat azhar selesai, Jemaah lain yang memang mayoritas penduduk lokal karena saat itu bukan masa kunjungan umroh, aku dan rekan-rekan lain memilih tetap tinggal di dalam masjid.  Kami sudah berniat untuk berdiam di masjid hingga shalat maghrib. Setelah Jemaah di dalam masjid berkurang, kami lalu bergerak maju menuju mimbar utama dengan tujuan utama adalah melihat makam Rasulullah SAW.  Makam Rasulullah terlihat di jaga oleh beberapa petugas. Kami sudah antri untuk melewati area di depan makam dengan tak henti-hentinya membaca shalawat. Sebuah perasaan haru saat melewati pintu-pintu berwarna berwarna emas yang mengelilingi makam yang tadinya adalah rumah Rasulullah beserta keluarganya. Selain makam beliau, juga berbaring sahabat beliau Abu Bakar As-Shiddiq dan Umar bin Khattab. Hampir semua Jemaah termasuk aku mencucurkan air mata saat melewati makam dan kami juga di arahkan oleh petugas untuk segera keluar karena antrian yang panjang.  Yang terbayang di benakku saat melintasi makam beliau adalah perjuangan yang tak kenal lelah hingga akhir hayatnya menegakkan agama Islam, kesederhanaan, kesabaran, dan segala sifat dan sikap beliau yang diteladani seluruh umat muslim di dunia.  Shalawat dan salam terkirim untuk Rasulullah SAW.

[caption id="attachment_322459" align="aligncenter" width="360" caption="(Doc.Pribadi) Area Raudhah dan Mimbar Rasul"]

14098909461130906403

[/caption]
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline