[caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="(Rahmat Hadi) Indonesia di Himalaya"][/caption]
Bangga sebagai orang Indonesia, begitulah aku saat melakukan perjalanan baik trip pribadi maupun perjalanan dinas untuk untuk urusan pekerjaan di luar negeri. Sejujurnya aku belum banyak menjelajahi dunia luar seperti orang-orang lain yang sudah malang melintang berada di luar negeri baik itu sebagai backpacker, diplomat, sekolah/kuliah ataupun keluar negeri karena ditugaskan kantor atau perusahaan. Namun meskipun belum banyak menjelajah di luar Indonesia, aku ingin berbagi pengalaman serta hal sangat kecil yang aku lakukan untuk bangsa dan negeri tercintaku, Indonesia.
Mengenakan sesuatu yang menjadi ciri khas sebuah bangsa terkadang dilakukan oleh para traveler saat sedang melakukan perjalanan atau journey di luar Negara mereka. Sebut saja beberapa traveler Canada yang sering menempelkan daun maple di tas, ransel atau koper mereka hanya untuk menandakan bahwa mereka adalah ‘Canadian’.
Bendera adalah benda yang paling sering digunakan untuk menjadi ‘sign’ seorang traveler berasal dari negeri mana, baik bendera berupa stiker atau kain kecil hingga bendera yang berukuran besar. Selain bendera, baju yang bertuliskan nama Negara atau bergambar bendera juga kerap digunakan .
Bagaimana dengan orang Indonesia? Sebenarnya jauh lebih mudah karena Indonesia yang memiliki beragam budaya dan benda yang merupakan ciri khas yang jika digunakan akan membuat orang ‘dunia luar’ akan mengenali bahwa kita berasal dari Indonesia. Sebut saja yang paling mudah adalah batik. Baju, celana, dan sarung batik adalah ‘wardrobe’ yang paling sering aku gunakan jika bepergian ke luar negeri. Tak jarang aku sering di sapa orang yang tak aku kenal bahkan diajak berfoto bareng. Contohnya saat aku di kota Jerussalem dengan menggunakan batik . Beberapa orang wisatawan dari negara lain mengajak aku berfoto saat berada di mount olive untuk menyaksikan pemandangan kota tua Jerussalem dari atas bukit .
Begitu pula saat berada di Kashmir dan India. Saat akan melakukan shalat Ied di Mesjid Hazratbal di Srinagar Kashmir lebaran Idul Fitri yang lalu, aku terpaksa harus menunda keberangkatanku karena pemilik hotel houseboat dan keluarganya mengajak aku berfoto terlebih dahulu karena saat itu aku mengenakan celana panjang batik yang aku padukan dengan baju koko warna putih. Menurut mereka padu padan itu terlihat sangat cantik dan bagus.
[caption id="attachment_330447" align="aligncenter" width="576" caption="(Rahmat Hadi)Batik di Taj Mahal"]
[/caption]
Saat berkunjung ke Taj Mahal beberapa waktu yang lalu juga aku tiba-tiba di tanya oleh sekelompok orang India yang ikut menikmati pemandangan pagi di Land Mark negeri india itu. “Are You Indonesian?” Tanya mereka yang aku jawab dengan bangga (proud), “Yes, I’m Indonesian. How could you know?” dan mereka menunjuk baju kaos batik yang aku gunakan dan mereka mengatakan kalau mereka sangat kagum dengan motif batik yang terlihat sangat Indah.
[caption id="attachment_330448" align="aligncenter" width="384" caption="(Rahmat Hadi) Sarung Bali di Yangon"]
[/caption]
Saat ini aku sedang berada di Yangon Myanmar untuk sebuah ‘short assignment’ yang rencananya hingga akhir November. Seperti biasa di Jakarta dimana batik adalah seragam ‘wajib’ , maka di sini aku menggunakannya hampir setiap hari. Bahkan beberapa orang rekan kerja sudah meminta agar suatu saat jika aku kembali ke Indonesia, mereka minta dikirimkan baju batik. Tak hanya baju batik, aku juga sering menggunakan sarung Bali ke kantor. Sarung Bali? Ya, sarung Bali,aku pakai ke kantor. Sarung dalam isitlah Myanmar di sebut Longyi, adalah pakaian resmi. Nantikan tulisan tentang longyi ini di artikel berikutnya.
Selain baju batik dan sarung Bali, bendera dan mengenakan baju kaos bertuliskan Indonesia juga sering aku lakukan, khususnya jika aku melakukan trekking atau aktifitas hiking. Tentunya aku akan kesulitan jika trekking atau hiking menggunakan baju batik atau pun sarung Bali bukan? Jadilah aku ganti dengan kaos bertuliskan Indonesia serta membawa bendera, seperti yang pernah aku lakukan saat melakukan trekking ke Everest Base Camp bulan mei yang lalu.
[caption id="attachment_330449" align="aligncenter" width="576" caption="(Rahmat Hadi)Indonesia di Himalaya"]
[/caption]
Begitulah cara ‘kecil’ yang bisa aku lakukan untuk memperkenalkan Indonesia. Caranya cukup hanya dengan merasa bangga (proud) dan bukan sombong (arrogant) sebagai bangsa Indonesia dengan mengenakan barang-barang khas dari negeri kita. Tentu saja itu belum cukup untuk menciptakan kesan yang baik dari orang luar mengenai Indonesia. Ada satu hal penting lainnya dan sangat mudah dilakukan, senyum. Senyum Indonesia terkenal sangat manis, jadi sering-seringlah tersenyum jika sedang bepergian ke luar negeri. Dengan mengenakan baju batik atau benda khas Indonesia lainnya dan berjalan dengan wajah sambil tersenyum, itu sudah cukup untuk memberitahukan dunia bahwa, “I’m Indonesian”.
[caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="(Rahmat Hadi) Batik dan Bendera di Jerussalem"]
[/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H