Lihat ke Halaman Asli

Rahmat Hadi

TERVERIFIKASI

Mawlamyine, Nasib 'Sang Mantan' Ibukota Myanmar Kini

Diperbarui: 17 Juni 2015   12:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1421733512218397011

[caption id="attachment_347170" align="aligncenter" width="640" caption="Photo by RH - Salah satu bangunan tua di sudut kota Mawlamyine"][/caption]

Mungkin hampir semua orang tahu bahwa sebelum Naypyitaw menjadi Ibukota Myanmar sejak tanggal 6 November 2005 hingga saat ini, Yangon adalah ibukota Myanmar atau sebelumnya bernama Burma selama hampir 152 tahun lamanya terhitung sejak 31 Januari 1862. Saat itu kota Yangon masih bernama Rangoon (bacanya Ranggon).

[caption id="attachment_347171" align="aligncenter" width="640" caption="Photo by RH - Salah satu sudut kota yang sepi"]

1421733602608687073

[/caption]

Namun mungkin hanya sebagian yang tahu bahwa sebelum pindah ke Yangon, ibukota Myanmar yang sebelumnya bernama Burma dan sebelumnya lagi bernama British Burma ada di Mawlamyine, sebuah kota kecil di tenggara Yangon berjarak hampir 300 km tepatnya di Mon State. Mawlamyine menjadi ibukota British Burma periode 1826 – 1852 atau sekitar hampir 35 tahun lamanya saat Myanmar masih dalam cengkeraman penguasa British atau Inggris. Aku sempat mengunjungi kota ‘ mantan ibukota Myanmar ‘ ini weekend kemarin.

[caption id="attachment_347172" align="aligncenter" width="640" caption="Photo by RH - Kota Mawlamyine yang sepi"]

1421733665163503330

[/caption]

Sebenarnya kunjungan ke kota kecil ini tak masuk dalam ‘weekend travel plan’ – ku. Tujuan utama awalnya hanya ke Kyaiktiyo, sang Batu Emas (Golden Rock). Namun mengingat hari masih pagi saat aku iseng-iseng membuka buku lonely planet dan disana aku membaca salah satu tempat yang direkomendasikan oleh buku itu untuk di kunjungi adalah kota Mawlamyine (baca : Malamyain). Konon di sana kita bisa menyaksikan sebuah kota bekas colonial inggris dengan letak tata kota yang masih hampir sama dengan aslinya ratusan tahun yang lalu. Aku lalu berdiskusi dengan Markus, rekan kerjaku yang saat itu ikut serta.  Markus juga setuju untuk menambah ‘destination’ ke Mawlamyine karena dia juga penasaran ingin melihat seperti apa kota colonial jaman dulu yang konon hanya mengalami sedikit sekali perubahan hingga saat ini.

[caption id="attachment_347173" align="aligncenter" width="640" caption="Photo by RH - Di atas Jembatan Thanlwin"]

14217337001333690482

[/caption]

Setelah berkendara selama 6 jam dari Yangon atau 3 jam dari Kyaiktiyo, dari kejauhan sudah terlihat sebuah jembatan panjang baik untuk mobil maupun kereta api yang membelah sebuah sungai panjang. Itulah Thanlwin Bridge yang membentang di atas Sungai Salween (Thanlwin) yang merupakan jembatan terpanjang yang ada di Myanmar. Jembatan Thankwin memiliki panjang 3 km untuk kendaraan bermotor dan panjang 6 km untuk kereta api. Jembatan yang menjadi landmark kota Thanlwin ini adalah tempat favorit bagi turis khususnya di pagi dan senja hari.

[caption id="attachment_347174" align="aligncenter" width="640" caption="Photo by RH - Di atas Jembatan Thanlwin"]

1421733742786524853

[/caption]

Memasuki kota Mawlamyine selepas jembatan Thanlwin seperti memasuki sebuah lorong waktu yang membawa ke masa lalu. Betapa tidak, kota yang memiliki penduduk hanya sekitar 400 ribu jiwa nyaris seperti kota tanpa penghuni karena aku tiba saat hari sedang terik pukul 12 siang. Dari arah jembatan kami langsung berputar ke kanan di mana terdapat Strand Road yang berada tepat di pinggir sungai dan bisa menyasikan pemandangan ke arah jembatan dengan jelas. Sebelum mencapai bibir sungai, aku meminta supir berhenti sejenak di depan sebuah bangunan yang terlihat sangat artistic dan Indah. Ternyata itulah Kaladan Mosque, sebuah masjid dengan 4 menara di tiap sudutnya dan sebuah menara besar di pintu gerbang utama ini terlihat sangat Indah. Apalagi dengan posisi yang berada di ujung jalan dan menempati posisi Hook. Menurut informasi bahwa masjid ini berdiri masih pada jaman Mawlamyine menjadi ibukota Myanmar atau Burma kala itu. Tak heran karena saat itu kota ini menjadi Bandar atau kota pelabuhan yang cukup besar dan terkenal dan pastinya akan dipenuhi dengan banyak pedagang yang berasal dari india dan arab. Kenyataan ini membuktikan bahwa sejak jaman dulu Myanmar telah memiliki toleransi antar umat beragama yang cukup tinggi.

[caption id="attachment_347175" align="aligncenter" width="640" caption="Photo by RH - Kaladan Mosque di Kota Mawlamyine"]

14217337771910102722

[/caption]
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline