Lihat ke Halaman Asli

RAHMAT GUNAWIJAYA

PENULIS Sejarah

Pengalaman Pertama Ngopi di Warung Kopi Legendaris A Siang

Diperbarui: 10 Februari 2023   18:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: dokumentasi wonderful images

Jumat pagi 10  Februari 2023 selepas mengantar putri kedua saya masuk sekolah pada pukul 08.30 pagi sekaligus menjemput putra ketiga saya pulang sekolah di jam yang sama di sebuah Sekolah Dasar di Jalan Jenderal S Parman Pontianak saya mengajak putra saya yang bernama Yusuf yang duduk dibangku kelas 2 Sekolah Dasar untuk tidak langsung pulang kerumah.  

Kita singgah ke toko ATK dulu ya jilid buku pelajaran temanya yang sudah rusak untuk dijilid ulang sehabis itu Ayah ajak singgah ke Warung Kopi ya Nak karena tanggung harus menjemput lagi Kakaknya yang akan pulang sekolah Jam 10 pagi pada tiap hari Jumat. 

Walaupun jarak dari sekolah ke rumah hanya sekitar 12 menit perjalanan tapi saya putuskan tidak langsung pulang tapi menunggu satu jam setengah lagi karena memang ada rencana singgah menjilid ulang buku pelajaran tema Yusuf  yang rusak  beberapa puluh lembar halamannya di Toko ATK Jalan Gajahmada Pontianak dan selepas itu singgah di warung kopi baru jemput kakaknya pulang di Jam 10 Pagi.

Entah mengapa pagi itu , saya merasa sangat ingin minum kopi di warung kopi, padahal walau saya sudah tinggal di Kota Pontianak hampir 26 tahun di Kota Pontianak yang dikenal dengan kota Seribu Warung Kopi dan saya juga penikmat kopi, tapi saya bukanlah orang yang suka duduk atau nongkrong di warung kopi, coffe shop atau Cafe , saya adalah penikmat kopi rumahan atau orang yang sukanya ngopi dirumah saja,bagi saya kopi ternikmat adalah kopi yang diseduh dan dibuat dirumah sendiri apapun jenis kopinya baik kopi robusta, toraja, kopi lokal, jamaika sampai luwak kopi.

Kalaupun harus duduk di warung kopi bagi saya itu  bukan karena kesengajaan tapi karena keadaaan, misalnya saat perjalanan keluar kota dan harus menghindari ngantuk, ataupun memenuhi undangan teman atau relasi bisnis untuk membicarakan sesuatu urusan pekerjaan, bisnis atau kerjasama usaha yang lazim saya alami di dealkan di warung kopi.

Bagi saya duduk nongkrong diwarung kopi bukanlah suatu kebiasaan yang baik kecuali karena urusan pekerjaan atau relasi dan persahabatan yang juga sangat jarang saya lakukan. Walapun di Kantor saya bekerja juga dikelilingi banyak warung kopi atau cafe tapi bagi saya ngopi terbaik adalah ngopi dirumah apapun jenis kopinya.

Pagi itu saya memutuskan mengajak putra saya yang baru menginjak usia 9 tahun untuk ngopi di Warung Kopi A Siang, salah satu warung kopi legendaris yang sudah berdiri sejak tahun 1958 di Kota Pontianak, entah mengapa saya memilih kopi A siang diantara beragam warung kopi yang ada dekat sekolahnya, mungkin pikiran bawah sadar saya sudah terhipnotis oleh iklan iklan warung kopi A Siang yang gencar di instagram dan sosial media lainnya dan berita surat kabar lokal, karena warung kopi A Siang yang sudah berdiri puluhan tahun dan tidak pernah buka cabang, tiba tiba di tahun 2023 memutuskan membuka cabang pertama di daerah pusat bisnis dan pendidikan dan perkantoran di kawasan Jalan A Yani Kota Pontianak.

Warung Kopi A Siang memang salah satu warung kopi legendaris di Kota Pontianak karena menjadi tempat nongkrongnya para Pejabat, Politikus dan Pengusaha besar di Provinsi ini jika bertemu di Pontianak. 

Warung Kopi yang buka sejak jam 03.00 pagi dini hari ini menjadi salah satu tujuan nongkrong para orang besar jika berkunjung di Pontianak, mulai level Presiden, Menteri, Gubernur, Bupati, Walikota, Pengusaha papan atas sampai petinggi partai politik hampir semuanya pernah ngopi disini yang bisa dilihat dari berita dan iklan di sosial media warung kopi A Siang.

Saya juga sering dengar cerita cerita berkesan dari kawan kawan yang pernah nongkrong di warung kopi A Siang ini, yakni memiliki kekhasan kopi kental pekat dan rasanya aromanya kuat bisa buat mata segar dan yang belum ada saingannya yakni sang Pemiliknya Koh A Siang meracik kopinya sendiri tanpa menggunakan baju atau bertelanjang dada dan bercelana boxer, walaupu iya sudah punya puluhan orang pelayan tapi sang pemilik yang jadi baristanya melayani pelanggan tanpa baju, itu yang mungkin jadi kekhasan warung kopi ini, karena saya pikir kalau ada yang mau saingan harus juga berani buat kopi tanpa menggunakan baju juga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline